Walikota
Banjar Berang Terhadap BBWS
BANJAR LawuNews – Proyek pengerukan saluran irigasi Doboku – Lakbok yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy menuai protes dari berbagai kalangan masyarakat Banjar. Pasalnya proyek yang bertujuan untuk normalisasi itu membuat ratusan pohon trembesi dan kayu putih yang sebelumnya berdiri dipinggiran irigasi dibabat tanpa ampun.
Pembantaian deretan pohon peneduh itu terjadi karena proyek pengerukan tersebut menggunakan alat berat, sehingga pihak pelaksana membabat habis pepohonan tersebut. Padahal ratusan batang pohon itu merupakan hasil program penghijauan yang dilakukan Pemkot Banjar dimotori oleh TP PKK Kota Banjar, beberapa tahun lalu. Terang saja penanaman itu telah menghabiskan biaya yang tak sedikit. Wali Kota Banjar, dr. Herman Sutrisno tampak tak bisa menyembunyikan kekesalannya.
“Mestinya sebelum melakukan proyek itu mereka (BBWS) Citanduy koordinasi dulu. Tampaknya mereka lebih mementingkan ego sektoral, “katanya. Dia mengakui bahwa lokasi tempat pepohonan itu adalah milik BBWS Citanduy, sehingga wajar jika kemudian BBWS terkesan arogan memperlakukan tanaman – tanaman tersebut. “Tapi perlu diketahui, bahwa ketika kita menanam pepohonan itu kita sudah mendapatkan izin dari Kepala BBWS Citanduy waktu itu. Kalau memang tidak boleh ditanami kenapa waktu itu diizinkan, “ujarnya.
Dia juga mengakui sebagai instansi vertikal, BBWS Citanduy terkesan eksekutif dan enggan menjalin koordinasi bahkan sekedar berkomunikasi.“Saya tidak kenal dengan Kepala BBWS saat ini, sejak dia menjabat dia belum pernah datang ke saya. Mungkin merasa bahwa mereka adalah instansi vertikal. Padahal kantor mereka itu berada diwilayah saya, “kata dr. Herman.
Protes keras juga datang dari Ketua TP PKK Kota Banjar, Hj. Ade Uu Sukaesih yang notabene motor penggerak program penghijauan di Kota Banjar.
“Tadi pagi saya bersepeda ke Langensari sendirian, begitu pulang saya menyusuri irigasi itu dan melihat sendiri pepohonan yang kami tanam dulu sudah ludes dibabat. Sakit sekali hati ini, “ngenes” ibu mah, “kata Hj. Ade Uu.
Bahkan menurut informasi, Hj. Ade Uu sempat menangis atas kejadian tersebut. “Procit (BBWS Citanduy) kejam, gak ada koordinasi sama sekali. Tapi ibu tak akan kapok, tanam, tanam dan tanam terus, “ujarnya.
Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan, Asno Sutarno, membenarkan bahwa pihak BBWS Citanduy tidak memberikan pemberitahuan sebelumnya. Bahkan pihaknya pun tidak tahu dikemanakan pepohonan itu, padahal pohon trembesi rata-rata berukuran paha orang dewasa.
“Sangenahna we eta mah dituaran make senso, teu mikir melak na mah kumaha. Padahal kalau mereka berkoordinasi, mungkin bisa kami pindahkan dulu. Nanti setelah beres proyek, ditanam lagi, “sengit Asno. Dia pun mengaku telah menyampaikan protes ke BBWS Citanduy, kendati jawaban yang didapat tidak memuaskan. “Jawaban mereka tidak memiliki solusi dan cenderung lepas tanggungjawab. Tapi kami akan tetap berusaha, minimal mereka harus mengganti dan menanamnya ditempat lain, jika memang pinggiran irigasi tidak boleh ditanami pepohonan, “kata Asno.
Asno menambahkan sepanjang beberapa waktu lalu dirinya juga kebanjiran protes dari banyak pihak, termasuk dari kader PKK yang selama ini selalu memanfaatkan daun kayu putih di sepanjang irigasi tersebut. “Pohon kayu putih itu selama ini suka dimanfaatkan oleh ibu-ibu untuk membuat minyak kayu putih. Ketika mendapati pohonnya sudah dibabat pegawai proyek, otomatis mereka juga ikut marah, “kata Asno.
Ditempat terpisah, Manager Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, Asep Nurdin juga menyampaikan penyeselannya. “Inilah bukti bahwa koordinasi lintas sektoral masih lemah, dimana terjadi tumpang tindih kepentingan program yang pada akhirnya upaya pelestarian lingkungan khususnya upaya penghijauan menjadi sia-sia, “kata Asep.
Menurut dia, peristiwa ini menjadi bukti bahwa BBWS Citanduy lebih mementingkan proyek fisik ketimbang upaya pelestarian lingkungan.
“Selama ini indikasi tersebut sudah nyata, silahkan periksa betapa tingkat kerusakan DAS Citanduy sudah begitu memprihatinkan padahal pelestarian lingkungan khususnya yang menyangkut DAS Citanduy adalah tugas BBWS. Pada kenyataannya mereka lebih konsen terhadap bagaimana caranya menyerap anggaran untuk membiayai proyek-proyek pembangunan semata. Jadi jika tak mampu mengurus DAS Citanduy atau bahkan malah merusak kelestarian alam, saya lebih setuju BBWS Citanduy itu dibubarkan saja atau enyah saja dari Kota Banjar.Toh keberadaan mereka tidak terlalu menguntungkan bagi masyarakat Kota Banjar, mereka lebih fokus membangun untuk Ciamis Selatan dan Jawa Tengah, “papar Asep.
Sementara itu saat hendak dikonfirmasi, Kepala BBWS Citanduy, Ir. Soekotjo Tri Sulistyo sedang tidak ada dikantornya. Sejumlah pejabat lainnya pun terkesan enggan menerima wartawan. (Mamay/Dian/Red)
No comments:
Post a Comment