Saturday, April 5, 2014

Tenaga Pendidik Harus Serius Mengimplementasikan Nilai Kebudayaan Kepada Anak Didik

Ciamis (Lawunews.Com) 
Kembalinya seni budaya kedalam ranah Dunia Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) ibarat kembalinya “si anak hilang”. Hingga demikian kembalinya seni budaya ke dalam "rumah lama", akan makin meningkatkan bahkan mengembangkan kesenian dan kebudayaan.
 
"Dengan kembali menyatunya dua sektor ini maka pendidikan bukan sekedar mengejar kemampuan akademik saja, tetapi pendidikan dituntut kepada jalur "pembangunan manusia seutuhnya" yang diwarnai dengan budaya," demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis H.Tatang, S.Ag. M.Pd saat membuka kegiatan sosialisai pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah dilingkungan pendidikan belum lama ini di saung Rengganis depan komplek Islamic Center Kabupaten Ciamis. 
 
Diungkapkannya, seni dan kebudayaan tidak dimaknai sebagai kesenian yang hanya sebatas "layak jual" saja, tapi kebudayaan dikembalikan sebagai pembangunan kultur berbangsa dan bernegara. "Sektor kebudayaan bisa kembali menekuni pembangunan kebangsaan dan meningkatkan sikap toleran yang konon sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dulu kala. Yang pasti seni dan kebudayaan ini seharusnya menjadi jati diri bangsa,di tengah-tengah masyarakat yang heterogen, " ujar H. Tatang.
 
Oleh karena itu kata H. Tatang, melalui sosialisasi ini sekiranya bisa menjadi sebuah inovasi bagi kita semua agar seni dan kebudayaan tetap bisa bertahan, dan diminati oleh generasi muda, yang salah satunya mentransformasi seni budaya ini di kalangan peserta didik.
 
"Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mentransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satu sama lainnya," ucapnya.
 
Yang pastinya lanjut H. Tatang, dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Untuk hal ini semua, ke depannya seni dan kebudayaan ini akan menjadi sebuah pelajaran muatan lokal di sekolah.
Dengan demikian, kata H. Tatang seni dan kebu¬dayaan yang mengandung nilai-nilai luhur bisa diturunkan kepada setiap generasi ke generasi agar dapat dipelajari dan dilestarikan oleh generasi berikutnya.
 
Nilai kebudayaan dan kesenian bisa diterapkan dengan baik kepada anak didik, maka akan muncul generasi penerus yang berperilaku baik dan tidak menyimpang. Maka sudah saatnya pendidikan di Indonesia perlu dibarengi dengan nilai-nilai budaya terutama kearifan lokal masyarakat. Sehingga nantinya akan tercipta kehidupan masyarakat yang beradab dan tidak melenceng dari aturan norma dan adat.
 
H. Tatang berharap tenaga pendidikan harus serius mengimplemen¬tasikan nilai-nilai kebudayaan kepada anak didik melalui muatan lokal yang ada di sekolah. "Jangan sampai anak didik tidak diberi pembekalan nilai seni dan budaya yang merupakan warisan yang perlu dipertahankan, guna menciptakan kehidupan yang lebih baik lagi," ungkap H Tatang.
 
Sementara itu, Kabid Kebudayaan Dikbud Ciamis Dudung Abdullah didampingi Kasi Kesenian dan Perfilman, H. Dedi Koesmana menyatakan kegiatan diselenggarakan dengan tujuan agar tenaga pendidik kesenian bisa mengembangkan kesenian dan kebudayaan daerah terutama kearifan budaya sunda. Sehingga nantinya kebudayaan dan kesenian daerah tetap terjaga dan dapat lebih dikembangkan.
"Mudah-mudahan tenaga pendidik bisa menerapkan seni dan budaya kepada anak bukan hanya materinya saja, tapi nilai-nilainya juga terutama kearifan lokal," jelas keduanya.
 
Wayang Ajen
Staff dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wawan Gunawan, yang saat itu hadir dalam acara sekaligus sebagai pemateri berpendapat bahwa  kearifan lokal sangat penting dijaga dan dilestarikan karena didalamnya tertanam nilai-nilai luhur juga terkandung nilai etika, moral, filosofi dan spiritual yang menimbulkan pengembangan jati diri.
 
Pencipta sekaligus dalang wayang ajen tersebut, dirinya siap apabila Pemerintah Kabupaten Ciamis mengundangnya untuk menampilkan pagelaran wayang ajen di Ciamis. Kesenian wayang Ajen merupakan aset kesenian asli Ciamis. Namun selama ini wayang ajen tak diminati masyarakat karena kurang sosialisasi. Wayang ajen sekarang ini kalah oleh pagelaran wayang golek.
 
Karena itu tidak ada salahnya apabila Pemerintah Kabupaten Ciamis sesekali menampilkan pagelaran wayang ajen. "Karena dari dulu saya ingin sekali mempertontonkan kesenian wayan ajen, agar diketahui dan disukai masyarakat Ciamis," ujar Wawan.
 
Wawan mengaku pernah mengajukan permohonan tampil dalam rangkaian HUT Ciamis, tapi belum pernah terealisasi. "Kemungkinan akibat kurangnya komunikasi antara pihak kami dengan pemkab itu sendiri, sehingga wayang ajen tak pernah digelar di Ciamis," ujar Wawan Gunawan yang saat ini menjabat staf di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu.
 
Pria kelahiran Cimuncang Kecamatan Panumbangan itu mengaku selama ini pihaknya sering menampilkan dan memperkenalkan kesenian wayang ajen di luar Ciamis, bahkan di sejumlah tempat di luar negeri.
 
Dalam menampilkan wayang ajen, disampaikan Wawan, harus ada inovasi yang menarik sehingga bisa bisa membuat menarik dari yang tadinya kurang menarik. "Harus diketahui juga dalam menampilkan wayang ajen harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi termasuk perkembangan zaman dengan konsep yang tidak meninggalkan jati diri," ujar dalang wayang ajen ini.
 
Menurut dia dalam mengemas pagelaran wayang ajen harus dengan konsep modern, yaitu dengan mendesain wayang dengan tampilan bagus dan menarik. Namun dalam pertunjukan harus mengedepankan bahasa yang santun. Sebab kata dia wayang ajen merupakan kesenian asli sunda. Dan budaya sunda itu sangat inovatif karena selain men-jungjung tinggi kearifan lokal, juga sangat menyesuaikan dengan perkembangan. "Dalam bahasa sunda itu  sudah terangkum makna yang sangat dalam, selain etika, tata  krama juga sopan santun yang biasa ditemui di kehidupan sehari-hari," tuturnya.
 
Dia menambahkan dalam pagelaran wayang ajen selain mendidik terkait kearifan lokal  masyarakat juga menyuguhkan tontonan yang mendidik untuk mengembangkan dan melestarikan kesenian dan budaya lokal. Dengan kearifan lokal, anak-anak di sekolah lebih bisa memiliki tatakrama dan sopan santun. "Jika istilah dalam bahasa sunda dedepehan atau handap asor," ujarnya.
 
Pagari Anak
Bergabungnya kembali bidang kebudayaan Dinas Pendidikan otomatis segala yang berbau kebudayaan dan kesenian harus diterapkan dalam dunia pendidikan. Kebudayaan dan kesenian yang berada di tengah masyarakat harus dilestarikan dan diterapkan nilai-nilainya. Namun demikian budaya harus dipilah-pilih mana yang baik atau kurang baik. Sebab selama ini masih banyak budaya yang kurang baik terus berkembang dan dijalankan oleh masyarakat.
 
Demikian disampaikan praktisi kebudayaan dan pendidikan Dr H Wawan S Arifien saat menjadi pembicara pada kegiatan sosialisasi dan pembinaan kebudayaan dan kesenian kepada tenaga pendidik dan kependidikan bertempat di Saung Rengganis depan komplek Islamic Center Ciamis, beberapa waktu lalu.
 
Menurut H.Wawan tenaga pendidik harus serius dalam mengajarkan pendidikan seni dan budaya kepada anak didik. "Tenaga pendidik harus bisa berbudaya, namun budaya yang baik agar bisa contoh oleh anak didik sebagai generasi penerus,” katanya. Sasaran pendidikan untuk anak yaitu penerapan mental dan moralnya. Akan sangat sia-sia jika keberhasilan pendidikan tidak dibarengi dengan berhasilan pembentukan moral dan mental anak. 

"Maka dari itu perlu keseriusan semua tenaga pendidik dalam memberikan nilai-nilai budaya dan seni kepada anak, jadi jangan hanya berhasil menerapkan pelajarannya saja, tapi harus ditumbuhkan nilai budaya yang bisa memagari diri dari pengaruh budaya kurang baik," tegas H. Wawan. 
   
Selain itu H. Wawan menyindir budaya kerja pejabat yang selama ini dirasa kurang baik. Misal kata dia membuat sulit pekerjaan yang mudah dan sebaliknya membuat yang mudah menjadi sulit. "Budaya tersebut yang harus segera ditinggalkan, demi tercapainya profesionalisme pekerjaan," katanya. (Mamay/Dian)

No comments:

Koprasi Warga Cimahi Mandiri Menggelar RAT Tepat Waktu

Cimahi (LawuPost)  Koperasi yang sehat dan baik adalah Koperasi yang mampu melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktu, dan Rap...