Garut (Lawunews.Com)
Ratusan Mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Anti Kekerasan dan Peduli HAM yang terdiri dari berbagai kampus yang ada di Kabupaten Garut, seperti UNIGA, STIE Yasa Anggana, STAIDA, STAIM, STKIP, STHG. Ratusan mahasiswa tersebut berkumpul bersama menggelar pemutaran film tragedi 98 dan kekerasan serta penculikan terhadap aktivis mahasiswa di jaman orde baru dan juga menggelar mimbar bebas, acara di tutup dengan buka bersama.
Acara di gelar di aula hotel augusta Garut, para mahasiswa tampak serius melihat pemutaran film yang mempertontonkan tragedi kekerasan yang terjadi pada orde baru, terutama saat terjadi di tahun 1998. Selain pemutaran film, acara juga di isi dengan sosok tokoh aktivis yang menjadi korban penculikan dan tanggapan para keluarga yang anggota keluargannya menjadi korban penculikan bahkan hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.
Dalam kesempatan tersebut, Deden Ulfi Taptazani mahasiswa dari UNIGA menyampaikan dengan adanya bedah film ini, tentu akan teringat kembali beberapa peristiwa yang mungkin saja saat ini sudah dilupakan oleh kaum muda dimana pada saat itu pada tanggal 12 mei 1998 terjadi reforrmasi besar yang diprakarsai oleh mahasiswa, tentunya tidak bisa dipungkiri juga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan salah satunya pelanggranan HAM, misalnya dengan adanya peristiwa menghilangnya para aktivis pada saat itu seperti Wiji Thukul, Suyat. Sampai saat ini penegakan hukumnya belum tuntas bagaimana kalanjutan proses hukum untuk orang-orang yang bertanggung jawab pada saat itu? masih kebal hukumkah mereka? kemana pula dan dii apakan para aktivis indonesia itu?
"kita menolak lupa akan peristiwa itu,usut tuntas proses hukum para petinggi polisi maupun militer pada saat itu. Hari ini kita refleksikan kembali perjuangan-perjuangan sahabat-sahabat kita yang menjadi korban mempertahankan kekuasaan pada saat itu" tandasnya saat ditemui di aula hotel Augusta usai buka bersama selasa, (1/7/2014).
Deden juga menyampaikan, dengan momen pilpres kali ini para mahasiswa Kabupaten Garut menolak secara tegas pelaku-pelaku yang jelas-jelas terlibat dan bersalah untuk memimpin bangsa ini ke depannya.
"siapapun orangnya dan bagaimana pun posisinya kita menolak dipimpin oleh orang seperti itu, sehingga jangan sampai terjadi untuk yang kedua kalinya hari ini," tegasnya.
Sementara itu menurut Daryono Widi Nugroho alumni STIE Yasa Anggana yang kini melanjutkan S2 ke IKOPIN, dirinya juga pernah menjadi koordinator BEM se Kabupaten Garut bahwa saat ini Indonesia belum merdeka, alasannya masih banyak pelanggar HAM yang masih berkeliaran dan masih banyak perbudakan yg terjadi di indonesia.
"kita menolak terhadap calon pemimpin yang terlibat dalam tragedi 98 di mana orde baru sebagai rezimnya" tegasnya saat ditemui usai acara selasa (1/7/2014), yang juga mantan presiden Mahasiswa STIE Yasa Anggana tahun 2008 - 2010 (Pras)
Acara di gelar di aula hotel augusta Garut, para mahasiswa tampak serius melihat pemutaran film yang mempertontonkan tragedi kekerasan yang terjadi pada orde baru, terutama saat terjadi di tahun 1998. Selain pemutaran film, acara juga di isi dengan sosok tokoh aktivis yang menjadi korban penculikan dan tanggapan para keluarga yang anggota keluargannya menjadi korban penculikan bahkan hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.
Dalam kesempatan tersebut, Deden Ulfi Taptazani mahasiswa dari UNIGA menyampaikan dengan adanya bedah film ini, tentu akan teringat kembali beberapa peristiwa yang mungkin saja saat ini sudah dilupakan oleh kaum muda dimana pada saat itu pada tanggal 12 mei 1998 terjadi reforrmasi besar yang diprakarsai oleh mahasiswa, tentunya tidak bisa dipungkiri juga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan salah satunya pelanggranan HAM, misalnya dengan adanya peristiwa menghilangnya para aktivis pada saat itu seperti Wiji Thukul, Suyat. Sampai saat ini penegakan hukumnya belum tuntas bagaimana kalanjutan proses hukum untuk orang-orang yang bertanggung jawab pada saat itu? masih kebal hukumkah mereka? kemana pula dan dii apakan para aktivis indonesia itu?
"kita menolak lupa akan peristiwa itu,usut tuntas proses hukum para petinggi polisi maupun militer pada saat itu. Hari ini kita refleksikan kembali perjuangan-perjuangan sahabat-sahabat kita yang menjadi korban mempertahankan kekuasaan pada saat itu" tandasnya saat ditemui di aula hotel Augusta usai buka bersama selasa, (1/7/2014).
Deden juga menyampaikan, dengan momen pilpres kali ini para mahasiswa Kabupaten Garut menolak secara tegas pelaku-pelaku yang jelas-jelas terlibat dan bersalah untuk memimpin bangsa ini ke depannya.
"siapapun orangnya dan bagaimana pun posisinya kita menolak dipimpin oleh orang seperti itu, sehingga jangan sampai terjadi untuk yang kedua kalinya hari ini," tegasnya.
Sementara itu menurut Daryono Widi Nugroho alumni STIE Yasa Anggana yang kini melanjutkan S2 ke IKOPIN, dirinya juga pernah menjadi koordinator BEM se Kabupaten Garut bahwa saat ini Indonesia belum merdeka, alasannya masih banyak pelanggar HAM yang masih berkeliaran dan masih banyak perbudakan yg terjadi di indonesia.
"kita menolak terhadap calon pemimpin yang terlibat dalam tragedi 98 di mana orde baru sebagai rezimnya" tegasnya saat ditemui usai acara selasa (1/7/2014), yang juga mantan presiden Mahasiswa STIE Yasa Anggana tahun 2008 - 2010 (Pras)
No comments:
Post a Comment