Wednesday, January 21, 2015

Modernisasi Jadi Kambing Hitam Pudarnya Nilai Tradisional

Bandung Barat (Lawunews.Com) PERMAINAN tradisional yang ditampilkan ana-anak Kamp Nyenang RT 01 RW 02 Ds. Nyenang, Kec. Cipeundeuy Kab. Bandung Barat pada pegelaran “Seni jeung Kaulinan Barudak Lembur” bertempat di Paguron Buana Dangiang Domas,merupakan sarana pengenalan serta pembelajaran dan pelestarian, nilai tradisi mampu memnghilangkan sekat pergaulan di masyarakat.

Pemerintah daerah harus mendorong keterlibatan generasi muda dalam pengembangan nilai-nilai budaya tradisional. Selain bentuk pengenalan serta pembelajaran dan pelestarian, nilai tradisi mampu memnghilangkan sekat pergaulan di masyarakat.

Modernisasi menurut Mas Nana Munajat selama ini menjadi kambing hitam pudarnya nilai-nilai tradisional di masyakarat.

“Pluralisme atau sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain, yang dijunjung masyarakat dulu, kini semakin terkikis desakan kebutuhan ekonomi, bukan karena modernisasi,” ujar Mas Nana Munajat, pada acara “Seni jeung Kaulinan Barudak Lembur” bertempat di Paguron Buana Dangiang Domas, Kamp Nyenang RT 01 RW 02 Ds. Nyenang, Kec. Cipeundeuy Kab. Bandung Barat.

Media terbaik untuk menyampaikan nilai-nilai tradisional tersebut, menurut Mas Nana Munajat, yang kini terus melakukan penelitian sosial budaya tradisi, selama ini diterapkan dalam berbagai kesenian. Padahal, bentuk permainan tradisional merupakan sarana paling efektif untuk menyampaikan nilai-nilai tradisional yang masih sangat relevan dengan kondisi kekinian.

“Sebagaimana diterapkan sejumlah negara Asia, seperti Jepang, Korea, Thailand dan Malaysia yang saat ini banyak mengadopsi permainan tradisional dari negara kita. Tapi di negara kita permainan identik dengan segala hal berbau kekunoan dan ketinggalan jaman,” ujar Mas Nana Munajat yang dalam beberapa waktu ini tengah melakukan penelusuran budaya tradisi Sunda bersama sejumlah peneliti.

Dikatakan Mas Nana, permainan anak tradisional seperti Ayun Ambing, Paciwit-ciwit, Oray-orayan dan lainya membentuk anak terhadap sebuah keragaman hidup di masyarakat. Berbeda dengan permainan modern saat ini yang hanya membutuhkan kemampuan individu dan membetuk seseorang untuk mengembangkan ego individu.

Peneliti permainan anak, Burhanuddin Khamarujaman, mengungkapkan, pada masa sekarang tempat bermain anak-anak sudah di sekat-sekat atau digolongkan.

“Seakan ada sebuah aturan yang tanpa disadari sudah disepakati dimana anak orang kaya tidak lagi bermain di tempat anak orang miskin atau orang pinggiran karena di indentikan dengan kotor, dan anak perkotaan cenderung bermain di tempat permainan yang sudah dikelola secara profesional, rapih dan bersih,” ujar Burhanuddin.

Dikatakan Burhanuddin, kondisi yang terjadi saat ini di Indonesia umumnya, dikondisikan oleh lingkungan pendidikan barat dan tuntutan lebih membawa anak kepada pola permainan yang jauh dari permainan rakyat atau tradisional. Mainan tradisional dinggap sebagai mainan kelas bawah, kotor, berbahaya, dan tidak berkualitas.

“Kondisi seperti ini akhirnya menghantarkan anak-anak kita kepada ketidaktahuan akan permainan tradisional yang sudah jauh berkembang sebelum mereka lahir. Dan parahnya lagi, mereka tidak mengenal akan nilai-nilai sosial maupun budaya yang ada dinegerinya sendiri,” ujar Burhanuddin.

Terhadap kondisi tersebut, baik Mas Nana Munajat maupun Burhanuddin Khamarujaman, berharap pemerintah lebih banyak mendorong pengenalan dan pengembangan budaya tradisi dikalangan generasi muda.

Selain sebagai bentuk pembelajaran dan pewarisan budaya tradisional, juga untuk menjaga kerukunan dan ketahanan dimasyarakat yang saat ini sudah sedemikian rapuh dan mudah dipengaruhi serta memunculkan konflik.(Hum KBB/Di)

No comments:

Koprasi Warga Cimahi Mandiri Menggelar RAT Tepat Waktu

Cimahi (LawuPost)  Koperasi yang sehat dan baik adalah Koperasi yang mampu melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktu, dan Rap...