Cimahi (LawuNews)
Buku adalah gudang ilmu. Membaca buku dapat menambah ilmu pengetahuan. Dengan membaca buku, cakrawala berpikir akan semakin luas. Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis dalam media tulisan (id.m.wikipedia.org/wiki/Membaca).
Perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengatur, mengelola, menyimpan, dan mengumpulkan koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan. Fungsi perpustakaan yaitu fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi kebudayaan, fungsi rekreasi, fungsi penelitian, fungsi deposit (Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo).
Hampir setiap sekolah memiliki perpustakaan sekolah .Berbagai jenis buku tersedia di san, baik yang berbentuk fiksi maupun nonfiksi . Namun sering perpustakaan itu sepi pengunjung. Ini membuktikan bahwa banyak siswa belum menyadari pentingnya membaca buku.
Jam istirahat di sekolah lebih banyak digunakan siswa untuk jajan atau bermain. Padahal , pada jam istirahat, siswa dapat berbagi waktu antara jajan atau bermain dengan membaca buku di perpustakaan bahkan meminjam buku untuk dibawa pulang. Sepinya pengunjung perpustakaan menunjukkan kesadaran membaca para siswa masih kurang. Minat dan motivasi siswa terhadap membaca buku sangat minim. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan pihak sekolah khususnya para guru agar minat dan motivasi siswa untuk membaca buku meningkat.
Pertama, guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca buku di perpustakaan. Ketika saya masih duduk di bangku SMP, salah seorang guru bahasa Indonesia selalu memberikan tugas setiap pertemuan berupa tugas membuat ringkasan buku yang dipinjam dari perpustakaan sekolah. Tugas itu ditulis dalam sebuah buku catatan khusus ringkasan. Yang ditulis dalam buku tugas itu adalah, judul buku, pengarang, penerbit,jumlah halaman, dan ringkasan isi buku. Setiap ada pelajaran bahasa Indonesia, dikumpulkan kemudian diperiksa dan dikomentari oleh guru. Mau tidak mau siswa dituntut datang ke perpustakaan untuk meminjam dan membaca buku. Awalnya terasa berat beban tugas itu, namun lama kelamaan justru merasa ada yang kurang jika ke sekolah tidak meminjam buku perpustakaan, meskipun saat itu ruang dan buku perpustakaan yang dimilki sekolah masih minim. Ternyata tugas guru bahasa Indonesia itu mampu memotivasi para siswanya untuk mau membaca buku lewat pemberian tugasnya.
Kedua, guru mengajar di ruang perpustakaan dengan terlebih dahulu koordinasi dengan petugas perpustaan. Misalnya sewaktu-waktu, dalam pembelajaran guru bisa membawa siswa ke dalam ruang perpustakaan dengan tertib. Sebelumnya guru memberikan soal yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Siswa di sana diajak untuk belajar mencari buku yang isinya sesuai dengan soal yang diajukan oleh guru. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Siswa mencari jawaban berdasarkan isi buku yang mereka temukan. Otomatis para siswa pada saat itu membaca buku. Setelah mereka menemukan jawaban dari buku yang mereka pilih, lalu mereka bertukar buku dengan kelompok lain. Mereka kembali membaca buku yang mereka dapatkan dari teman untuk kembali menjawab pertanyaan dari guru. Guru dan siswa bias bersama-sama memeriksa hasil kerja kelompok tersebut di perpustakaan atau kembali ke kelas untuk membahasnya jika jam pelajarannya belum berakhir. Pembelajaran seperti itu akan memberikan nuansa yang berbeda bagi para siswa dan secara tidak langsung memotivasi mereka untuk membaca buku.
Ketiga, dengan cara pemberian reward (hadiah) kepada siwa yang paling rajin meminjam buku perpustakaan. Pihak sekolah melalui petugas perpustakaan atau pustakawan bersama guru yang ditugaskan merekap nama -nama siswa yang rajin meminjam buku perpustakan. Dua minggu sekali atau sebulan sekali diumumkan siswa yang paling rajin meminjam buku perpustakaan dalam upacara bendera hari Senin. Kalau ada dana siswa tersebut bisa diberi hadiah, misalnya buku fiksi atau non fiksi, tetapi kalau tidak ada dana, siswa bisa hanya diberi piagam penghargaan. Hadiah atau piagam diserahkan di depan para guru dan siswa pada saat upacara oleh Kepala Sekolah atau Pembina Upacara. Selain siswa tersebut akan bangga dan bahagia, ia juga akan menjadi motivator bagi siswa lain agar mau membaca buku.
Keempat, keteladanan dari guru. Guru adalah figur yang digugu dan ditiru. Sikap, tindakan, dan tutur bahasa guru menjadi contoh bagi siswanya. Untuk itu guru pun harus rajin membaca buku. Jadikan membaca buku itu sebagai kebutuhan sehari-hari. Perlihatkan kepada siswa bahwa guru pun rajin membaca, misalnya di dalam kelas sewaktu-waktu guru memperlihatkan buku yang telah dibacanya kepada siswa dengan menyampaikna isinya secara sepintas. Keteladanan lainnya misalnya dengan cara sering berkunjung ke perpustakaan dan membaca buku di sana berbaur dengan para siswa pada jam istirahat .
Jadi, pada intinya guru dapat menjadi motivator yang efektif dalam mempengaruhi minat baca para siswa. Motivasi yang diberikan bisa berupa tugas, teknik pembelajaran lansung di ruang perpustakaan, reward (hadiah) atau piagam, dan keteladanan.
Semoga masa depan bangsa ini akan lebih maju bersama para generasi muda yang gemar membaca. Amin.
Oleh:
Rina Heryani, S.Pd., M.Pd.
(Pengawas
SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi)
No comments:
Post a Comment