Makassar (LawuNews)
Untuk melanjutkan program peningkatan mutu sekolah dalam mengimplementasikan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS), USAID PRIORITAS kembali melatih 160 fasilitator untuk mengikuti pelatihan tingkat nasional III SMP/MTs di Makassar (26/2 s.d 1/3/2015). Para peserta yang berasal dari tujuh provinsi mitra, yaitu Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa TImur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan, dilatih untuk dapat menerapkan hasil pelatihan dan melatih di provinsinya masing-masing dalam mengembangkan sekolah bermutu.
“Dari awal pelatihan, peserta yang terdiri dari guru, kepala sekolah, pengawas, dan para dosen diberi kesempatan untuk mengkaji ulang hasil penerapan pelatihan I dan II. Mereka berdiskusi dan berbagi keberhasilan dan hambatan dalam mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, pendekatan saintifik, lembar kerja yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, hasil karya siswa dalam pembelajaran, program budaya baca, dan manajemen sekolah yang mendukung keberhasilan pembelajaran,” kata Ujang Sukandi Spesialis Pelatihan Guru SMP/MTs USAID PRIORITAS di sela-sela kegiatan pelatihan.
Selanjutanya pada pelatihan pembelajaran, peserta dilatih untuk lebih banyak mempraktikkan informasi dalam pembelajaran IPA, IPS, dan bahasa Indonesia, membaca ekstensif dalam pembelajaran bahasa Inggris atau membaca banyak bacaan yang mudah dan menyenangkan untuk meningkatkan kelancaran dalam membaca dalam bahasa Inggris, serta pembelajaran matematika dalam kehidupan.
“Kami memberi contoh langsung penerapan metode proyek dalam pembelajaran matematika. Salah satu contohnya, peserta menrencanakan proyek pesta perpisahan di sekolah, yang di dalamnya mereka menerapkan berbagai konsep matematika dalam kehidupan. Cari ini melatih siswa berpikir logis dan terbiasa memecahkan masalah dalam pembelarajan yang dekat dengan kehidupannya. Untuk rujukan kurikulumnya dapat menggunakan KTSP ataupun kurikulum 2013,” kata Ujang lagi.
Untuk dapat melakukan penilaian yang efektif, peserta juga dilatih melakukan penilaian otentik dan dokumen portfolio sebagai kumpulan hasil belajar untuk memperlihatkan perkembangan hasil belajaran siswa. Guru akan menjadi lebih komprehensif dalam menilai kemampuan belajar yang sudah dan belum dikuasai siswa. “Semua hasil pelatihan tersebut akan diimplementasikan dalam praktik mengajar 4 x 40 menit di sekolah,” tambahnya.
Sementara pada materi MBS, peserta dilatih untuk membuat sekolah mengembangkan keprofesionalan guru secara berkelanjutan. “Mutu sekolah sangat tergantung dari kualitas guru. Oleh sebab itu supaya sekolah berkualitas dari segi pembelajaran, tidak ada cara lain selain sekolah harus mengembangkan keprofesionalan guru secara terus-menerus,” kata Handoko Widagdo Spesialis Pengembangan Sekolah Secara Menyeluruh USAID PRIORITAS.
Pelatihan MBS juga terus menguatkan program budaya baca yang saat ini sudah berkembang di sekolah dan madrasah. “Peran kepala sekolah, pengawas, guru, dan komite sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran, juga menjadi bagian penting yang kami fasilitasi. Misalnya, mempraktikkan supervisi informal dan supervisi klinis untuk peniliaian kinerja guru (PKG) dan memanfaatkan hasil PKG untuk mengembangkan profesionalisem guru,” lanjutnya.
Jasri Djangi, dosen Kimia Universitas Negeri Makassar, yang merupakan salah seorang peserta pelatihan berharap pelatihan bisa membuat para pendidik mampu merumuskan Lembar Kerja siswa yang mendorong siswa lebih kreatif. “Karena modul ini lebih berfokus pada pengembangan kemampuan siswa berkreasi, guru dituntut lebih baik lagi dalam merancang lembar kerja siswa,” ujarnya.(red)
“Dari awal pelatihan, peserta yang terdiri dari guru, kepala sekolah, pengawas, dan para dosen diberi kesempatan untuk mengkaji ulang hasil penerapan pelatihan I dan II. Mereka berdiskusi dan berbagi keberhasilan dan hambatan dalam mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, pendekatan saintifik, lembar kerja yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, hasil karya siswa dalam pembelajaran, program budaya baca, dan manajemen sekolah yang mendukung keberhasilan pembelajaran,” kata Ujang Sukandi Spesialis Pelatihan Guru SMP/MTs USAID PRIORITAS di sela-sela kegiatan pelatihan.
Selanjutanya pada pelatihan pembelajaran, peserta dilatih untuk lebih banyak mempraktikkan informasi dalam pembelajaran IPA, IPS, dan bahasa Indonesia, membaca ekstensif dalam pembelajaran bahasa Inggris atau membaca banyak bacaan yang mudah dan menyenangkan untuk meningkatkan kelancaran dalam membaca dalam bahasa Inggris, serta pembelajaran matematika dalam kehidupan.
“Kami memberi contoh langsung penerapan metode proyek dalam pembelajaran matematika. Salah satu contohnya, peserta menrencanakan proyek pesta perpisahan di sekolah, yang di dalamnya mereka menerapkan berbagai konsep matematika dalam kehidupan. Cari ini melatih siswa berpikir logis dan terbiasa memecahkan masalah dalam pembelarajan yang dekat dengan kehidupannya. Untuk rujukan kurikulumnya dapat menggunakan KTSP ataupun kurikulum 2013,” kata Ujang lagi.
Untuk dapat melakukan penilaian yang efektif, peserta juga dilatih melakukan penilaian otentik dan dokumen portfolio sebagai kumpulan hasil belajar untuk memperlihatkan perkembangan hasil belajaran siswa. Guru akan menjadi lebih komprehensif dalam menilai kemampuan belajar yang sudah dan belum dikuasai siswa. “Semua hasil pelatihan tersebut akan diimplementasikan dalam praktik mengajar 4 x 40 menit di sekolah,” tambahnya.
Sementara pada materi MBS, peserta dilatih untuk membuat sekolah mengembangkan keprofesionalan guru secara berkelanjutan. “Mutu sekolah sangat tergantung dari kualitas guru. Oleh sebab itu supaya sekolah berkualitas dari segi pembelajaran, tidak ada cara lain selain sekolah harus mengembangkan keprofesionalan guru secara terus-menerus,” kata Handoko Widagdo Spesialis Pengembangan Sekolah Secara Menyeluruh USAID PRIORITAS.
Pelatihan MBS juga terus menguatkan program budaya baca yang saat ini sudah berkembang di sekolah dan madrasah. “Peran kepala sekolah, pengawas, guru, dan komite sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran, juga menjadi bagian penting yang kami fasilitasi. Misalnya, mempraktikkan supervisi informal dan supervisi klinis untuk peniliaian kinerja guru (PKG) dan memanfaatkan hasil PKG untuk mengembangkan profesionalisem guru,” lanjutnya.
Jasri Djangi, dosen Kimia Universitas Negeri Makassar, yang merupakan salah seorang peserta pelatihan berharap pelatihan bisa membuat para pendidik mampu merumuskan Lembar Kerja siswa yang mendorong siswa lebih kreatif. “Karena modul ini lebih berfokus pada pengembangan kemampuan siswa berkreasi, guru dituntut lebih baik lagi dalam merancang lembar kerja siswa,” ujarnya.(red)
No comments:
Post a Comment