Sengkang (LawuNews) SD Muhammadiyah Sengkang semakin maju berkat adanya paguyuban kelas yang dibentuknya sekitar dua bulan lalu (Januari 2015). Paguyuban kelas merupakan suatu wadah kumpulan orang tua siswa kelas yang berusaha ikut mengefektifkan pembelajaran kelas. “Dengan adanya paguyuban kelas, para orang tua siswa memiliki wadah khusus untuk berkumpul dan berpikir bagaimana mengembangkan kelas tempat anaknya belajar,” kata Ruslan, Kepala Sekolah SD Muhamadiyah Sengkang disela-sela pertemuan empat sekolah membahas kemajuan sekolah di Hotel BBC Sengkang (3/5/2015).
Pembentukan paguyuban kelas dilakukan dengan mengumpulkan orang tua siswa terlebih dahulu untuk menyusun organisasinya. Terdapat ketua, sekretaris dan bendahara.
Langkah pertama yang dilakukan kepala sekolah agar mereka aktif ikut mengelola sekolah adalah melibatkan dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah bersama pengawas, komite, kepala sekolah dan guru. Pelibatan ini membuat mereka merasa ikut memiliki progam dan kegiatan sekolah yang diusulkan untuk satu tahun. Selama penyusunan pikiran mereka jadi terbuka, bahwa sekolah hanya memiliki dana sangat terbatas untuk kegiatan sekolah, misalnya alokasi untuk menggaji guru-guru honor rata-rata dibawah 300 ribu perbulan. Demikian juga untuk ATK. Spontan, para orang tua siswa ini bergotong royong mengumpulkan dana sumbangan membantu sekolah. “Keterbukaan yang diinspirasi modul USAID PRIORITAS, membuka banyak peluang orang tua siswa untuk perduli,” kata Ruslan.
Pertemuan awal tersebut juga telah melekatkan hubungan antar mereka. Masing masing paguyuban kelas kemudian menyusun program-program kelas mereka sendiri.
Beberapa program yang telah dilakukan misalnya arisan. “Progam arisan ini kelihatan sepele, tapi disitu wadah untuk saling bertemu, dan membicarakan kegiatan kreatif yang bisa dilakukan untuk membantu siswa tiap kelas,” ujar Ruslan.
Paguyuban kelas II bergotong royong menyumbangkan dana untuk gorden kelas. Selama ini kelas II panas dan program pembelajaran agak terganggu karena terik matahari yang masuk ruangan.
Pembentukan paguyuban kelas dilakukan dengan mengumpulkan orang tua siswa terlebih dahulu untuk menyusun organisasinya. Terdapat ketua, sekretaris dan bendahara.
Langkah pertama yang dilakukan kepala sekolah agar mereka aktif ikut mengelola sekolah adalah melibatkan dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah bersama pengawas, komite, kepala sekolah dan guru. Pelibatan ini membuat mereka merasa ikut memiliki progam dan kegiatan sekolah yang diusulkan untuk satu tahun. Selama penyusunan pikiran mereka jadi terbuka, bahwa sekolah hanya memiliki dana sangat terbatas untuk kegiatan sekolah, misalnya alokasi untuk menggaji guru-guru honor rata-rata dibawah 300 ribu perbulan. Demikian juga untuk ATK. Spontan, para orang tua siswa ini bergotong royong mengumpulkan dana sumbangan membantu sekolah. “Keterbukaan yang diinspirasi modul USAID PRIORITAS, membuka banyak peluang orang tua siswa untuk perduli,” kata Ruslan.
Pertemuan awal tersebut juga telah melekatkan hubungan antar mereka. Masing masing paguyuban kelas kemudian menyusun program-program kelas mereka sendiri.
Beberapa program yang telah dilakukan misalnya arisan. “Progam arisan ini kelihatan sepele, tapi disitu wadah untuk saling bertemu, dan membicarakan kegiatan kreatif yang bisa dilakukan untuk membantu siswa tiap kelas,” ujar Ruslan.
Paguyuban kelas II bergotong royong menyumbangkan dana untuk gorden kelas. Selama ini kelas II panas dan program pembelajaran agak terganggu karena terik matahari yang masuk ruangan.
Paguyuban kelas VI menyumbangkan dispenser, kelas empat menyumbangkan buku-buku bacaaan yang menarik dan dipasang di sudut baca kelas. Sedangkan paguyuban kelas dua membuatkan kue atau makanan untuk siswa karena khawatir jajanan diluar tidak sehat. “Walaupun masih berusia dua bulanan, program paguyuban kelas ini telah banyak menunjukkan dampak positif bagi pembelajaran,” ujar Ruslan.
Peran serta masyarakat merupakan bagian dari isi modul USAID PRIORITAS yang dilatihkan di tujuh provinsi di Indonesia: Sulsel, Jabar, Jatim, Banten, Sumut dan Aceh. Sekolah dilatihkan menggali berbagai dana dan daya lain diluar BOS dan Dana Gratis, agar tambah maju. (Mus)
Peran serta masyarakat merupakan bagian dari isi modul USAID PRIORITAS yang dilatihkan di tujuh provinsi di Indonesia: Sulsel, Jabar, Jatim, Banten, Sumut dan Aceh. Sekolah dilatihkan menggali berbagai dana dan daya lain diluar BOS dan Dana Gratis, agar tambah maju. (Mus)
No comments:
Post a Comment