Takalar (LawuNews) Ajakan ini disampaikan oleh Saiful Jihad, Spesialis Pelatihan untuk Pendidik SMP/MTs USAID PRIORITAS di hadapan peserta pelatihan Modul II Praktik yang Baik dalam Pembelajaran SMP/MTs USAID PRIORITAS yang dilaksanakan di Aula Kemenag Takalar (30/3/2015). Berpacu dengan dunia modern yang dicirikan dengan derasnya penemuan-penemuan baru, anak-anak ke depan tantangannya jauh lebih besar. Mereka harus berpacu dengan dunia itu, dan anak-anak dunia lain yang sudah terbiasa diajarkan melakukan eksperimen-eksperimen dan penemuan-penemuan.
“Ini sesuai dengan ajaran agama kita yang tercantum di kitab suci agar mendidik anak sesuai dengan zamannya, dan zaman sekarang adalah zaman penemuan-penemuan,” ujar Saiful lebih jauh. Pelatihan Modul II USAID PRIORITAS kali ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di Aula PKK Takalar dan Aula Kemenag. J umlah peserta secara keseluruhan adalah 136. Mereka terdiri dari guru, kepala sekolah/madrasah, pengawas, komite, dan ketua yayasan dari delapan Sekolah Menengah/ Madrasah Tsanaiwyah Mitra USAID PRIORITAS. Sekolah-sekolah tersebut adalah: SMPN 1 Takalar, SMPN 2 Takalar, SMPN 2 Mappakasunggu, MTs Manongkoki, SMPN 1 Galesong Selatan, SMPN 2 Galesong Selatan, SMPN 3 Galesong Selatan dan MTs Pesantren Assalamiyah Gelesong
Kepala Kemenag Takalar, Dra Hj. Adliah dalam sambutannya juga menegaskan saatnya pendidikan di Takalar lebih berorientasi penemuan. “Kalau pelajaran tidak berorientasi inovasi, maka pembelajaran akan cenderung membosankan. Anak-anak hanya dijejali ide, menjadikan pembelajaran satu arah, kreatifitas menjadi tumpul dan sekolah menjadi tidak menggairahkan,” ujarnya.
Kabid Pendidikan Dasar Dikbudpora Takalar, Darwis SPd MM, sembari menyebut penemuan siswa SMP 2 Takalar baru-baru ini tentang baterai dari buah pare yang sudah diberitakan di banyak media, berharap penemuan-penemuan semacam itu memacu guru-guru dan siswa-siswa menghasilkan kreasi-kreasi lain. “Di pundak guru-guru terdapat tanggung jawab untuk membuat anak-anak menjadi lebih inovatif. Makanya pelatihan ini harus bisa benar-benar dipraktikkan secara nyata dan logis di sekolah-sekolah,” harapnya.
Pelatihan Modul II Pembelajaran USAID PRIORITAS akan berlangsung selama tiga hari (30 Maret – 2 April 2015). Para pendidik dilatih bagaimana mengelola pembelajaran yang efektif, melayani perbedaan individu dalam pembelajaran, penilaian autentik, dan gender di sekolah. Mereka juga akan praktik langsung menerapkan semua materi di sekolah-sekolah di Takalar yang sudah ditunjuk. Agar praktik tersebut menyebar, para guru di sekolah tempat praktik mengajar dijadikan pengamat dan penilai, sehingga mereka juga mengetahui model pembelajaran kontekstual yang dilatihkan.(red)
Kepala Kemenag Takalar, Dra Hj. Adliah dalam sambutannya juga menegaskan saatnya pendidikan di Takalar lebih berorientasi penemuan. “Kalau pelajaran tidak berorientasi inovasi, maka pembelajaran akan cenderung membosankan. Anak-anak hanya dijejali ide, menjadikan pembelajaran satu arah, kreatifitas menjadi tumpul dan sekolah menjadi tidak menggairahkan,” ujarnya.
Kabid Pendidikan Dasar Dikbudpora Takalar, Darwis SPd MM, sembari menyebut penemuan siswa SMP 2 Takalar baru-baru ini tentang baterai dari buah pare yang sudah diberitakan di banyak media, berharap penemuan-penemuan semacam itu memacu guru-guru dan siswa-siswa menghasilkan kreasi-kreasi lain. “Di pundak guru-guru terdapat tanggung jawab untuk membuat anak-anak menjadi lebih inovatif. Makanya pelatihan ini harus bisa benar-benar dipraktikkan secara nyata dan logis di sekolah-sekolah,” harapnya.
Pelatihan Modul II Pembelajaran USAID PRIORITAS akan berlangsung selama tiga hari (30 Maret – 2 April 2015). Para pendidik dilatih bagaimana mengelola pembelajaran yang efektif, melayani perbedaan individu dalam pembelajaran, penilaian autentik, dan gender di sekolah. Mereka juga akan praktik langsung menerapkan semua materi di sekolah-sekolah di Takalar yang sudah ditunjuk. Agar praktik tersebut menyebar, para guru di sekolah tempat praktik mengajar dijadikan pengamat dan penilai, sehingga mereka juga mengetahui model pembelajaran kontekstual yang dilatihkan.(red)
No comments:
Post a Comment