CIAMIS.(Lawunews.Com)
Ibadah kurban pada hakikatnya adalah penyembelihan nafsu duniawi, nafsu hewani yang ada pada diri manusia. Sebagaimana yang dijelaskan Ali Syari’ati bahwasanya dalam simbol kurban bermakna kemusnahan dan kematian ego manusia.
“Berkurban berarti menahan diri dan berjuang melawan godaan ego”. Muhammad Ali (1874-1951) seorang musafir modern, memaknai kurban sebagai tindakan kerendahan hati dan kesabaran dalam penderitaan dan ketakjuban kepada ilahi.
Yang menarik kita cermati adalah sejarah ritual kurban itu sendiri. Pemaknaan ibadah kurban selama ini selalu disandarkan kepada sosok laki-laki yakni Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Padahal, dalam sejarah itu ada sosok manusia yang nyaris diabaikan perananya, mereka adalah Siti Sarah dan Siti Hajar. Siti Sarah rela berkurban, merelakan Ibrahim (suaminya) untuk menikah lagi dengan Siti Hajar, karena ketidakmampuannya memberikan keturunan setelah berpuluh-puluh tahun menikah.
Begitupun sosok Siti Hajar, sosok perempuan yang luar biasa melahirkan seorang Ismail yang kelak menjadi Nabi. Siti Hajar berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pemuda yang taat dan sholeh. Sehingga tatkala sang ayah memintanya untuk menyembelihnya karena Alloh, Ismail tanpa tedeng aling-aling langsung menyanggupinya. Sebuah pengorbanan yang luar biasa, pengorbanan yang sulit kita temui pada masa sekarang ini. Sebuah pengorbanan karena kecintaannya kepada Alloh SWT.
Hal tersebut diutarakan Ketua BEM STIKes Muhammadiyah Ciamis, Irfan Muslih Fauzi, disela-sela pelaksanaan pemotongan hewan kurban dihalaman belakang kampus STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Hal yang sama diutarakan Ketua Panitia kurban STIKes Muhammadiyah Ciamis, Adi Nurapandi. Menurutnya, kisah Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar ini memberikan pelajaran yang luar biasa tentang ketaatan seorang abid ke pada sang Khaliq. Sebuah kecintaan makhluk kepada sang khaliq, kecintaan yang tiada bandingannya.
Yang tidak bisa diukur dengan apapun.
Sifat altruism atau pengorbanan pada saat ini sangat diperlukan. Dimana sudah tidak ada lagi dalam diri pemangku amanah negara kita ini sifat-sifat yang dicontohkan oleh kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya. Yang ada dalam pikiran mereka adalah bagaimana meraup keuntungan sebesar-besarnya selama mereka memegang sebuah jabatan. Yang akhirnya mereka terjerembab kedalam kubangan maksiat, kejahatan korupsi yang menggerogoti tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebuah kejahatan yang sudah mengakar dan sulit untuk disembuhkan, kata Irfan.
Untuk pelaksanaan pemotongan hewan kurban di STIKes Muhammadiyah Ciamis sendiri kata Adi, tahun ini ada peningkatan dengan menyembelih 3 ekor sapi dan 2 ekor kambing untuk disalurkan kepada masyarakat sekitar STIKes Muhammadiyah serta ke panti asuhan salah satunya panti asuhan Al-Muhsinin Jalan Nagrak Panyingkiran.
“Kelima hewan kurban tersebut masing-masing dari mahasiswa STIKes, Rektorat serta pimpinan daerah Muhammadiyah, “kata Adi. (Mamay/Dian)
No comments:
Post a Comment