TASIKMALAYA.(LawuNews.com)
Warga Kabupaten Tasikmalaya terutama yang tinggal di pelosok daerah masih enggan untuk memasang alat kontrasepsi KB (Keluarga Berencana). baik hormonal berupa pil dan suntik, maupun metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti pemakaian IUD dan MOP.Meski demikian rata-rata mereka tetap ingin membatasi jumlah anak dengan cara tradisional. Akan tetapi cara yang mereka tempuh jelas beresiko karena tidak bisa menjamin bakal membatasi kehamilan.
Diketahui bila rata-rata jumlah anak dalam satu keluarga 24 orang. Sedangkan pada keluarga pra-sejahtera yang tinggal di pelosok daerah rata-rata memiliki anak mencapai 5-6 orang. Dengan keterbatasan ekonomi jelas ini bakal merepotkan karena biaya hidup yang melonjak. Kondisi ini jelas harus dikendalikan terutama dengan program Keluarga Berencana."Kami menemukan pula kasus tidak mau memasang alat KB, tetapi ingin membatasi jumlah anak. Tentu ini sulit karena cara paling aman yakni dengan penggunaan alat KB, baik itu pil, suntik, IUD dan implan," jelas Kepala Bidang Keluarga Berencana pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kabupaten Tasikmalaya, Yayan Supriadi, Selasa (1/10).
Oleh karenanya pihaknya pun berupaya melakukan program jemput bola Pemasangan KB gratis ke berbagai pelosok daerah di Kabupaten Tasikmalaya, agar masyarakat faham dan tertarik memasang alat kontrasepsi KB.
Seperti kegiatan yang digelar dalam memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia yang rampung digelar kemarin. Sedikitnya dalam tiga hao kegiatan saja telah terpasang 980 akseptor alat KB jangka panjang yakni dengan rincian 412 akseptor IUD dan 568 akseptor implan.Pemasangan IUD dan implan ini lebih praktis dan tahan lama bila dibandingkan KB suntik maupun meminum pil, sebab akan mampu bertahan dalam jangka waktu tiga tahun. Sementara KB suntik paling lama hanya bertahan tiga bulan saja dan harus disuntik kembali, Sedang jenis pil mesti kontinyu dan tidak boleh putus diminum setiap hari.Menurut Yayan, sasaran dari pemasangan IUD dan implan gratis ini yakni mereka yang beracal dari keluarga pra-sejahtera atau kata lain masyarakat kurang mampu.
Sebab dengan keterbatasan ekonomi mereka lebih terkendala untuk memasang KB ke petugas kesehatan. Jika dirasiokan, maka sekali memasang implan di tempat praktek bidan swasta bila mencapai Rp 195.000 dan Rp 90.000 untuk memasang IUD. Jelas harga segitu akan cttkup memberatkan dan mereka terkadang milar dua kali sebelum melakukan pemasangan."Secara itung-itungan ekonomi jelas memasang implan dan IUD lebih menguntungkan karena mampu bertahan hingga tiga tahun. Diharapkan mereka pun akan melanjutkannya nanti," tambah Yayan.
Ditambahkan dia, tahun ini pihaknya menargetkan 4.943 akseptor implan terpasang dan 6.771 akseptor IUD. Target ini diketahui baru tercapai 49 persen saja, hingga pihaknya mengebut program pemasangan KB jangka panjang im secara maraton ke berbagai daerah. Langkah ini memang menjadi perhatian karena laju pertumbuhan penduduk cukup tinggi setiap tahunnya. Untuk tahun 2010 lalu laju pertumbuhan penduduk masih berkisar 0,8 persen saja, sedangkan di tahun 2013 ini telah melejit hingga 1,4 persen. (Mamay/Dian)
No comments:
Post a Comment