Saturday, May 24, 2014

Program KB di Kota Banjar Sesuai Dengan Perencanaan Program

Banjar (Lawunews.Com)
Setelah mendapat sorotan tajam seputar kinerja Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Banjar dari salah seorang mediator program KB Pria dan aktifis pemuda yang meminta program KB di Kota Banjar kami dievaluasi, pasalnya saat ini program-program KB ditengarai banyak yang tidak berjalan maksimal ditepis BKPP Kota Banjar. 
 
Kepala BKBPP Banjar, Obang Subarman menegaskan bahwa secara umum program Keluarga Berencana (KB) di Kota Banjar berjalan se­mestinya. Paling tidak sudah sesuai dengan perencanaan program yang sudah disusun. Dia mengakui bahwa saat ini kegiatan KB di Kota Banjar tidak segebyar tahun-tahun se­belumnya ketika Banjar men­dapatkan penghargaan dari pe­merintah pusat.

Tapi hal itu, menurut Obang lebih disebabkan karena sudah banyaknya masyarakat yang sudah menjadi akseptor KB. "Sekarang pun kami masih melayani masyarakat yang hen­dak ber-KB. Setiap minggu se­lalu ada," kata Obang, di­dampingi Sekretaris BKBPP Erni Suwartini dan Kasubid Pelayanan KB, Ecin Kuraesin.

Disamping itu dia juga men­jelaskan ada sekitar 12 Paguyuban KB Pria yang ada di Kota Banjar. Diakuinya kelom­pok itu tak semuanya aktif, be­berapa diantaranya ada yang vakum, namun jumlahnya tidak signifikan. "Dari 12 kelompok yang tidak aktif hanya 2 kelompok, jadi sebe­tulnya masih banyak yang aktif. Bahkan Kelompok KB Pria dari Bojongkantong kemarin men­jadi juara 1 tingkat provinsi," kata Obang.

Hal serupa juga terjadi para program Kampung KB, meski ada yang vakum tapi mayoritas masih berjalan sesuai program yang digariskan. Pernyataan itu disampaikan terkait derasnya sorotan sebagian elemen masyarakat terhadap kinerja Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Banjar.

Terkait tudingan mengenai banyaknya akseptor yang be­rasal dari luar Banjar, Obang berkilah program KB meru­pakan program nasional. Sehingga warga mana pun berhak dan harus dilayani jika ingin menjadi akseptor KB.

Hanya saja kalau akseptor dari luar Banjar, tidak bisa menerima fasilitas bantuan Jatah Hidup (Jadup) yang bersumber dari APBD Banjar. Kalau ingin ber-KB pasti di­layani, tapi kalau menikmati fasilitas yang didanai oleh APBD Banjar tidak bisa," katanya. 

Sementara itu menge­nai besarnya anggaran yang dikucurkan oleh Pemkot Banjar untuk mendanai program KB, Obang mengatakan porsi terbe­sar anggaran justru dihabiskan oleh kebutuhan membayar in­sentif Kader KB.

Di Banjar sendiri ada 1.848 orang Kader KB yang meneri­ma insentif Rp 100 ribu/bulan. Ketika dipertanyakan mengenai kinerja Kader KB tersebut, Obang mengakui ada sebagian kader yang kinerjanya kurang optimal. Tapi lagi-lagi dia men­gatakan jumlahnya tidak terlalu banyak. “Memang ada kader yang malas, artinya mereka tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya menjadi corong pemerintah untuk menyukseskan program KB atau ada kader KB yang malas mencari akseptor," katanya.

Meski demikian pihaknya sudah menyusun sistem dan aturan agar kinerja Kader KB  bisa terukur dan dilakukan evaluasi secara berkala.

Sebelumnya, diberikan Lawunews.Com , aktifis pe­muda Husni Mubarok menu­turkan pemerintah harus kem­bali melakukan peninjauan dan evaluasi menyeluruh terhadap program yang sudah mengan­tarkan Banjar meraih Inno­vative Govement Award itu. "Itu program kan demi kebaikan masyarakat, bukan demi penghargaan. Oleh kare­na itu konsistensinya harus tetap terjaga," kata Husni. Apalagi porsi dana APBD yang dihabiskan cukup besar. "Kalau dana yang dikelu­arkan besar tapi hasilnya mini­mal, saya kira itu adalah pemborosan anggaran. Makanya perlu dievaluasi secara faktual jangan hanya diatas kertas," kata Husni.

Dia mengambil contoh men­genai honor kader KB yang menyedot dana APBD cukup besar, namun tanpa dibarengi hasil yang maksimal. "Saya tidak menyarankan agar honor itu dihapus, tapi maksud saya perlu ada pembinaan agar para kader itu benar-benar memainkan peranannya, sehingga ada output yang jelas dan terukur," kata Husni Mubarok.

"Dalam satu tahun, program ini menyedot anggaran lebih dari angka Rp. 3 miliar. Artinya perlu evaluasi yang benar­-benar nyata, sudah sejauh mana hasilnya di lapangan," kata Girvan, salah seorang ak­tifis mahasiswa Banjar.

Dia menuturkan, di atas ker­tas program KB di Banjar me­mang bagus. Bahkan sudah mendapatkan pengakuan di tingkat nasional dengan diter­imanya Innovative Goverment Award (IGA) lewat program Kampung KB. "Tapi yang kita temukan di lapangan, keberhasilan itu tidak sehebat kenyataan. Tidak semua Kampung KB berjalan dengan konsisten. Program itu hidup hanya ketika ada kunjungan atau penelitian dari luar," kata Girvan.

Selain itu dia juga men­gatakan minimnya sosialisasi­ dan publikasi program KB dari dinas yang menjadi leading sec­tor, sehingga keberhasilan atau capaian kinerja tidak bisa didengar dan dilihat oleh masyarakat. "Yang kami lihat justru seti­ap tahun terjadi lonjakan jum­lah penduduk," katanya.

Dari data yang dihimpun pihaknya di Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan Kota Banjar menunjukan, pada tahun 2013 lalu jumlah angka kelahiran di Kota Banjar mencapai angka 3.358 bayi. "Data tersebut didapat dari  jumlah pemohon akta kelahiran," kata Kepala Dinas' Capilduk, Dedi Sunardi. Menurutnya, hal itu berarti se­tiap hari rata-rata ada sekitar 10 bayi lahir di Kota Banjar. (Tim)

No comments:

Koprasi Warga Cimahi Mandiri Menggelar RAT Tepat Waktu

Cimahi (LawuPost)  Koperasi yang sehat dan baik adalah Koperasi yang mampu melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktu, dan Rap...