Ciamis
(Lawunews.Com) Kenaikan harga daging ayam broiler dan
telur ayam broiler dalam beberapa waktu terakhir ini selain disebaabkan
tingginya harga pakan ternak, ternyata juga dikarenakan tingginya angka
kematian ayam. Hal ini telah mengakibatkan jumlah bibit ayam broiler menjadi
kurang yang ujung-ujungnya berdampak terhadap mahalnya harga daging.
Menurut salah
seorang peternak ayam warga Lingkungan Bangunsari Kelurahan Maleber
Kecamatan/Kabupaten Ciamis, Ujang Tahyan (40) sudah sekitar dua pekan terakhir
ini terjadi kelangkaan stok ayam jenis pedaging di pasaran. Hal ini menyusul
kurang baiknya kondisi bibit ayam pedaging yang diterima para peternak sehingga
banyak yang mati.Ujang menuturkan,
dia dan para peternak ayam pedaging di wilayahnya kebanyakan mendapat kiriman
ayam dari tempat lain yaitu Tangerang dan Subang. Di Tangerang dan Subang
inilah sebelumnya telur ayam ditetaskan dan ketika sudah menjadi anak ayam,
baru dikirimkan ke para peternak.
"Bibit
yang kami terima akhir-akhir ini tidak memiliki kualitas yang baik. Akibatya
banyak ayam yang mati ketika bibit sampai ke peternak," ujar Ujang.
Ujang mengaku,
selama dirinya beternak, hal ini biasanya disebabkan oleh masih terlalu mudanya
indukan bibit ayam. Peremajaan indukan ayam memang rutin dilakukan setiap
tahun karena indukan ayam yang sebelumnya telah memasuki usia tua dan tidak
produktif lagi. Namun menurutnya, kondisi seperti ini biasanya hanya terjadi
pada tahap awal peremajaan induk saja dan pada pengiriman selanjutnya akan
kembali normal. Diterangkannya,
dalam satu kali pengiriman, peternakan yang ia kelola biasa mendapat kiriman
hingga 17.000 ekor bibit ayam. Untuk saat ini, tingkat kematian bibit ayam
akibat kurang baiknya kondisi bibit terhitung tinggi yaitu mencapai 2.000 ekor.
Tak hanya akibat
kondisi bibit yang kurang bagus, Ujang juga menyebutkan, tingginya angka
kematian bibit ayam juga dipengaruhi faktor cuaca. Jika di pagi dan siang hari
cuaca panas, kemudian tiba-tiba hujan di sore hari, pasti akan banyak ayam
yang mati. Namun jika kondisi bibit ayam dalam kondisi bagus, faktor cuaca
seperti itu paling hanya menyebabkan kematian sekitar 200 ekor saja.
Dampak dari
mahalnya harga pakan ternak, diakui Ujang memang juga berpengaruh terhadap
mahalnya harga daging di pasaran. Namun hal itu paling terasa di saat
bibit-bibit ayam ini berada di peternakan saat memasuki proses penggemukan.
Karena peternakan yang dia kelola ini tidak melakukan penggemukan, maka
mahalnya harga pakan sendiri diakuinya tidak begitu berpengaruh.
“Di peternakan
ini hanya dilakukan pembesarkan bibit ayam selama 26 hingga 35 hari. Setelah
itu, bibit ayam dikirim kembali ke peternakan lain di luar kota untuk proses
penggemukan," katanya.
Sulit
Untung
Pengusaha jenis
ternak ayam petelur H. Nana Sundana warga Sadananya Kabupaten Ciamis,
mengutarakan hal senada, dirinya berharap kepada pemerintah supaya mengurusi
distributor pakan ternak. Menurutnya, dibalik kenaikan harga daging ayam dan telur
ayam, para peternak malah dibuat kebingungan karena kenaikan harga tersebut
dibarengi dengan naiknya pakan ternak. “Boro-boro dapat untung yang ada malah
buntung. Bahkan ada rekan sesama pengusaha jenis ayam petelur sudah duluan
jatuh bangkrut alias gulung tikar,” kata Nana.
Menurutnya, yang dia ketahui harga daging ayam dan
telur dipasar melonjak drastis. Namun melambungnya harga daging dan
telur ayam di pasaran tidak membuat peternaknya untung. Pasalnya harga di tingkat peternak sangat rendah
dibanding dengan harga di pasar saat ini harga ayam di tingkat peternak Rp.
16.200 sedangkan di pasaran mencapai Rp. 36.000 per kilogramnya. “ Yang
mengalami keuntungan sebenarnya para broker, mereka ini membeli langsung kepada
para peternak dengan harga rendah lalu menjualnya kembali dengan harga yang
ditentukannya,” kata Nana.
Komoditas Peternakan Aman
Kepala Dinas Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Ciamis, Drs.
H. Wasdi, M.Si didampingi Kepala Bidang
Pengelolaan Usaha Peternakan dan Perikanan, H. Otong Bustomi, S.Pt. MP mengatakan kenaikan
harga komoditas peternakan menjelang ramadan dan Idul Fitri merupakan hal
biasa dan wajar.
Menurutnya, masuknya bulan ramadan dan
menjelang hari raya Idul Fitri beberapa komoditas peternakan seperti daging
sapi, ayam dan telur harganya diprediksi bakal mengalami kenaikan di tingkat
konsumen. Hal itu terjadi karena permintaan yang cenderung mengalami
peningkatan, sementara suplai atau distribusi tetap.
Agar tidak terjadi lonjakan harga yang
mencapai di ambang batas, pemerintah perlu menanganinya secara serius. "Karena dari sisi ketersediaan
pasokan aman, namun ini merupakan permainan pedagang saja yang ingin mengambil
untung lebih. Yang terpenting adalah bagaimana meningkatkan daya beli
masyarakat dan mempertahankan suplai agar jangan sampai kurang," ujar H. Wasdi.
H. Wasdi
menyatakan berdasarkan analisis suplai demand, ketersedian terhadap daging
sapi, daging ayam dan telur di Kabupaten Ciamis, menjelang ramadan, Idul Fitri
dan setelah Idul Fitri secara umum masih cukup. Kebutuhan
sapi potong pra ramadan dan pasca lebaran sebanyak 785 ekor, sementara stok
yang ada di kandang peternak sebanyak 941 ekor. "Bila
stok sapi yang ada di kandang peternak tersebut dilepas atau dijual untuk
dipotong, maka kebutuhan sapi potong di Ciamis aman," katanya.
Namun demikian kata dia seandainya
peternak tidak mau melepas karena ketidaksesuaian harga dengan pemotong, maka
langkah yang akan ditempuh yaitu memotong sapi BX yang harganya lebih murah.
H. Wasdi
menuturkan saat ini harga karkas sapi potong lokal Rp 95.000/kg, dengan harga
karkas eceran di tingkat konsumen minimal Rp 95.000/kg. Saat ini lanjutnya, harga daging
sapi lokal di tingkat eceran berkisar antara Rp 95.000/kg hingga Rp
100.000/kg. Pra Ramadan dan menjelang idul fitri diperkirakan harga daging sapi
lokal di tingkat eceran akan mengalami kenaikan sebesar 5-10 persen. "Artinya harga daging sapi
lokal akan mencapai Rp.105.000 – 110.000/kilogramnya. Ini kenaikan yang masih
wajar," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Usaha
Peternakan dan Perikanan
H.
Otong mengungkapkan untuk kebutuhan daging ayam di Kabupaten Ciamis
menjelang ramadan dan Idul Fitri walaupun mengalami peningkatan sebanyak lima
kali lipat. Namun
demikian kata dia, ketersediaan daging ayam di Ciamis masih cukup. Otong
memprediksi jelang Idul Fitri harga daging ayam broiler di tingkat peternak
sebanyak Rp 21.000/kg.
Artinya harga karkas daging ayam di
tingkat eceran paling rendah Rp.
35.000/kg. Artinya menjelang Idul Fitri harga daging ayam broiler di tingkat
eceran mencapai Rp 38.000/kg, itu pun
bila tidak ada kenaikan pakan ternak.
Otong menambahkan untuk mencapai 17,3
ton perhari. Tapi menjelang ramadan dan Idul Fitri kebutuhan naik 10 persen. Berdasarkan hasil populasi ternak
ayam ras petelur saat ini mencapai 509.001 ekor. Dengan asumsi produksi telur
minimal 70 persen dan jumlah rata-rata telur ayam ras per kilogram sebanyak 17
butir, maka produksi telur ayam di Kabupaten Ciamis setiap harinya mencapai
20,96 ton.
"Kenaikan permintaan telur ayam ras
jika dilihat dari sisi produksi maka ketersediaan telur di Kabupaten Ciamis
cukup. Dan kami yakin kebutuhan telur akan aman," ujarnya seraya mengatakan
harga telur ayam ras di tingkat eceran saat ini berkisar antara Rp
17.800/kg hingga Rp 18.500/kg.
Menjelang idul fitri harga telur ayam
ras mengalami kenaikan sampai batas maksimal Rp 20.000/kg dan akan berangsur
turun dalam waktu 7 hari pascalebaran.
Sementara
itu, untuk kebutuhan kurban di Ciamis tahun 2014 ini mencapai 4.000 ekor.
Sementara persediaan sapi jantan siap potong, baru mencapai 900 ekor. "Namun kita telah
mempersiapkan hal tersebut dengan mendatangkan sapi dari Jawa Timur dan Jawa
tengah," ujarnya.
Pihaknya juga sudah bekerjasama dengan
sejumlah pihak termasuk para pengusaha sapi di daerah Jawa Timur agar dapat
memasok sapi menjelang Idul Adha nanti.
"Di
daerah lain persediaan cukup banyak sehingga kita tidak perlu khawatir terkait
stok kebutuhan sapi," ungkap H Otong.
Secara garis besar kata dia, Kabupaten
Ciamis memiliki potensi alam yang kumplit mulai dari lahan pangan hingga
ketersediaan rumput yang masih berlimpah.
"Potensi
ini harus bisa dimanfaatkan dan juga harus diingat teknologi juga harus
dipakai agar peternak ataupun petani tidak keteteran," ungkapnya.
Menurut dia secara perhitungan kasar
untuk memenuhi kebutuhan sapi di Ciamis maka pemerintah harus bisa menyediakan
induk sapi sebanyak 32 ribuan pertahunnya. Sebab angka kelahiran sapi harus
mencapai 22 ribu jika ingin memenuhi kebutuhan sapi sebanyak 11 ribu ekor. “Perhitungannya dari 22 ribu ekor
anak sapi tersebut terbagi dua kemungkinan 50 persen sapi betina dan 50 persen
lagi sapi jantan. Sehingga kebutuhan sapi di Ciamis sebanyak 11 ribu ekor bisa
terpenuhi,” katanya. (Mamay)