Tanjung Pandan (Lawunews.Com)
Dalam upaya turut membantu mencari jejak hilangnya Air Asia QZ8501, Pesawat CN 235 TNI AL melakukan formasi square dengan memutar-mutar di atas perairan sebelah utara Bangka Belitung, Senin (29/12/2014).
Pada hari kedua melakukan operasi pencarian hilangnya pesawat naas tersebut, pesawat TNI AL dengan kapten pilot Mayor Laut (P) Bambang Edy Saputro, dan copilot Lettu Laut (P) Bintang ini melakukan penerbangan dari radial 095ᵒ dari Tanjung Pandan dengan jarak 142 nautical mil sampai ke radial 118ᵒ dengan jarak 197 nautical mil yang dilakukannya hingga tiga kali penerbangan, masing-masing selama 3 jam.
Pesawat intai maritim dari Skuadron Udara 800 TNI AL bernomor P-861 ini memiliki mission system yang dilengkapi radar dan camera canggih yang bisa mendeteksi secara rinci kapal maupun benda-benda lain yang berada di laut, sehingga akan membantu mempermudah dalam pencarian pesawat Air Asia QZ8501 yang telah hilang kontak sejak Minggu pagi (28/12/2014).
Sebagai pengawak alat canggih tersebut yakni Tactical Coordinator Mayor Laut (P) Slamet Riyanto yang juga sudah terbiasa menjadi copilot, sementara sebagai Survelance Pilot Officer Lettu Laut (P) Ardilas, sedangkan Fligh Engineer adalah Kapten Laut (P) Wawan.
Kendati beberapa kali harus berhadapan dengan cuaca buruk, Mayor Laut (P) Bambang Edy Saputro dapat mengendalikan pesawatnya dengan mulus, happy landing, hingga seluruh penumpang yang terdiri dari belasan wartawan ini memberikan applaus dengan tepuk tangan dan bersorak sorai.
Pesawat CN 235 milik TNI AL ini melakukan operasi pencarian hilangnya pesawat Air Asia QZ8501, sejak Minggu pagi (28/12/2014), yang kebetulan pesawat kebanggaan TNI AL ini sedang berada di Tanjung Pinang, dalam rangka mengangkut sejumlah wartawan untuk mengabadikan proses penenggelaman dua unit kapal ikan berbendera Thailand, di Perairan Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
Sementara itu, dalam upaya turut membantu mencari hilangnya Air Asia QZ8501, TNI AL telah menerjunkan 11 KRI, dua pesawat intai maritim, satu tim selam, satu tim Pasukan Katak, dan tiga tim Denjaka.
Selain itu, pada siang harinya, TNI AL juga mengerahkan 675 personel Satuan Reaksi Cepat Penangulangan Bencana (SRCPB) Korps Marinir dan ditambah dengan 53 pasukan khusus Marinir dari Batalyon Intai Amfibi dan Denjaka untuk diterjunkan melakukan pencarian di hutan sekitar perkiraan lokasi jatuhnya pesawat.
Para prajurit Batalyon Intai Amfibi dan Denjaka ini rencananya akan diterjunkan melalui Helikopter ke perahunya yang akan diturunkan pada saat proses pencarian. Karenanya, untuk membantu proses pencarian pesawat misterius ini Korps Marinir TNI AL juga dilengkapi dengan empat perahu cepat bernama Sea raider dan enam unit perahu karet.
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang dikerahkan memiliki kemampuan menyasar detak sinyal Emergency Located Transmitter (ELT) pesawat. ELT berfungsi memberikan sinyal keberadaan kepada menara penerima.
Seperti diberitakan di sejumlah media, pesawat AirAsia QZ8501 resmi dinyatakan hilang pada pukul 07.55 WIB, Minggu (28/12/2014). Pesawat sempat menghubungi Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta untuk meminta izin naik ke ketinggian 38.000 kaki dari yang sebelumnya 32.000 kaki untuk menghindari cuaca buruk. Namun, tak lama setelah itu, pesawat hilang dari radar.
Pesawat AirAsia QZ8501 tersebut membawa 155 orang penumpang yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16 orang anak-anak, dan satu balita. Di dalam pesawat itu, ada pula penumpang dan awak kabin berkewarganegaraan asing, yakni Singapura satu orang, Inggris satu orang, Malaysia satu orang, Korea Selatan tiga orang, dan Perancis satu orang.(Dispenal/Yudi).
Pada hari kedua melakukan operasi pencarian hilangnya pesawat naas tersebut, pesawat TNI AL dengan kapten pilot Mayor Laut (P) Bambang Edy Saputro, dan copilot Lettu Laut (P) Bintang ini melakukan penerbangan dari radial 095ᵒ dari Tanjung Pandan dengan jarak 142 nautical mil sampai ke radial 118ᵒ dengan jarak 197 nautical mil yang dilakukannya hingga tiga kali penerbangan, masing-masing selama 3 jam.
Pesawat intai maritim dari Skuadron Udara 800 TNI AL bernomor P-861 ini memiliki mission system yang dilengkapi radar dan camera canggih yang bisa mendeteksi secara rinci kapal maupun benda-benda lain yang berada di laut, sehingga akan membantu mempermudah dalam pencarian pesawat Air Asia QZ8501 yang telah hilang kontak sejak Minggu pagi (28/12/2014).
Sebagai pengawak alat canggih tersebut yakni Tactical Coordinator Mayor Laut (P) Slamet Riyanto yang juga sudah terbiasa menjadi copilot, sementara sebagai Survelance Pilot Officer Lettu Laut (P) Ardilas, sedangkan Fligh Engineer adalah Kapten Laut (P) Wawan.
Kendati beberapa kali harus berhadapan dengan cuaca buruk, Mayor Laut (P) Bambang Edy Saputro dapat mengendalikan pesawatnya dengan mulus, happy landing, hingga seluruh penumpang yang terdiri dari belasan wartawan ini memberikan applaus dengan tepuk tangan dan bersorak sorai.
Pesawat CN 235 milik TNI AL ini melakukan operasi pencarian hilangnya pesawat Air Asia QZ8501, sejak Minggu pagi (28/12/2014), yang kebetulan pesawat kebanggaan TNI AL ini sedang berada di Tanjung Pinang, dalam rangka mengangkut sejumlah wartawan untuk mengabadikan proses penenggelaman dua unit kapal ikan berbendera Thailand, di Perairan Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
Sementara itu, dalam upaya turut membantu mencari hilangnya Air Asia QZ8501, TNI AL telah menerjunkan 11 KRI, dua pesawat intai maritim, satu tim selam, satu tim Pasukan Katak, dan tiga tim Denjaka.
Selain itu, pada siang harinya, TNI AL juga mengerahkan 675 personel Satuan Reaksi Cepat Penangulangan Bencana (SRCPB) Korps Marinir dan ditambah dengan 53 pasukan khusus Marinir dari Batalyon Intai Amfibi dan Denjaka untuk diterjunkan melakukan pencarian di hutan sekitar perkiraan lokasi jatuhnya pesawat.
Para prajurit Batalyon Intai Amfibi dan Denjaka ini rencananya akan diterjunkan melalui Helikopter ke perahunya yang akan diturunkan pada saat proses pencarian. Karenanya, untuk membantu proses pencarian pesawat misterius ini Korps Marinir TNI AL juga dilengkapi dengan empat perahu cepat bernama Sea raider dan enam unit perahu karet.
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang dikerahkan memiliki kemampuan menyasar detak sinyal Emergency Located Transmitter (ELT) pesawat. ELT berfungsi memberikan sinyal keberadaan kepada menara penerima.
Seperti diberitakan di sejumlah media, pesawat AirAsia QZ8501 resmi dinyatakan hilang pada pukul 07.55 WIB, Minggu (28/12/2014). Pesawat sempat menghubungi Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta untuk meminta izin naik ke ketinggian 38.000 kaki dari yang sebelumnya 32.000 kaki untuk menghindari cuaca buruk. Namun, tak lama setelah itu, pesawat hilang dari radar.
Pesawat AirAsia QZ8501 tersebut membawa 155 orang penumpang yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16 orang anak-anak, dan satu balita. Di dalam pesawat itu, ada pula penumpang dan awak kabin berkewarganegaraan asing, yakni Singapura satu orang, Inggris satu orang, Malaysia satu orang, Korea Selatan tiga orang, dan Perancis satu orang.(Dispenal/Yudi).
No comments:
Post a Comment