Ciamis (LawuNews)Apa yang menentukan karakter anak? Ternyata bukan sekedar latar belakang pendidikan atau sifat kepeminpinannya. Aspek terpenting yang akan membentuk karakter anak dan menentukan hidupnya adalah sosok ayah. “Para orang tua melahirkan generasi-generasi yang berkarakter melalui kasih sayang seorang ayah,” ujar Koordinator Ikatan Pemerhati Kependudukan dan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) wilayah Priangan Timur, Aa Mamay, seusai menggelar pertemuan dengan para pengurus IPKB di Sekertariat IPKB Kabupaten Ciamis yang membahas tentang agenda kerja tahun 2015 beberapa waktu lalu.
Menurutnya, kita semua tentu bersepakat bahwa usia 0 sampai 16 tahun adalah usia penanaman konsepsi hidup dan peletakkan pondasi karakter diri. Bila masa ini terlewati tanpa kesadarn penuh, berarti ada kesalahan mendasar dalam konsep pendidikan dan pengasuhan kita, terutama pendidikan dan pengasuhan anak.
Ayah dengan ide-ide egaliter mengenai anak akan membesarkan anak dengan ambisi dan karakternya. Perlu diketahui bahwa dalam pembentukan karakter anak 80 persen akan meniru karakter ayahnya, dan 20 persen ibunya. Jika ayah tidak ikut berperan aktif dalam pengasuhan, maka yang akan terjadi adalah hilangnya karakter yang seharusnya anak butuhkan dari seorang ayah. “Fhatering merupakan sebuah konsep dimana ayah belajar untuk ikut serta dalam pengasuhan anak terutama secara psikologis. Contohnya, ayah beserta ibu terbiasa membangunkan anak-anak dengan dilantunkan kalimat-kalimat toyibah, memebaca ayat-ayat Alquran di depan anak-anak,” katanya.
Karena menurut penelitian dari Universitas Al-Azhar Mesir, ketika anak yang di dengar pertama kali di pagi hari adalah kalimat-kalimat toyibah, maka gelombang synapses dalam otak yang normalnya 1,8 juta per detik meningkat sampai 80 persen. “Dengan mengingatkan tentang figur seorang ayah untuk pembentukan karakrer seorang anak sehingga masyarakat mengetahui bahwa pentingnya pengasuhan anak, sehingga anak-anak kita akan menjadi generasi yang berkarakter dan akan menjadi generasi yang hebat, karena negara kita adalah negara besar, dan negara besar butuh orang-orang yang hebat dan berkarakter, ”ungkapnya. (Dian)
Menurutnya, kita semua tentu bersepakat bahwa usia 0 sampai 16 tahun adalah usia penanaman konsepsi hidup dan peletakkan pondasi karakter diri. Bila masa ini terlewati tanpa kesadarn penuh, berarti ada kesalahan mendasar dalam konsep pendidikan dan pengasuhan kita, terutama pendidikan dan pengasuhan anak.
Ayah dengan ide-ide egaliter mengenai anak akan membesarkan anak dengan ambisi dan karakternya. Perlu diketahui bahwa dalam pembentukan karakter anak 80 persen akan meniru karakter ayahnya, dan 20 persen ibunya. Jika ayah tidak ikut berperan aktif dalam pengasuhan, maka yang akan terjadi adalah hilangnya karakter yang seharusnya anak butuhkan dari seorang ayah. “Fhatering merupakan sebuah konsep dimana ayah belajar untuk ikut serta dalam pengasuhan anak terutama secara psikologis. Contohnya, ayah beserta ibu terbiasa membangunkan anak-anak dengan dilantunkan kalimat-kalimat toyibah, memebaca ayat-ayat Alquran di depan anak-anak,” katanya.
Karena menurut penelitian dari Universitas Al-Azhar Mesir, ketika anak yang di dengar pertama kali di pagi hari adalah kalimat-kalimat toyibah, maka gelombang synapses dalam otak yang normalnya 1,8 juta per detik meningkat sampai 80 persen. “Dengan mengingatkan tentang figur seorang ayah untuk pembentukan karakrer seorang anak sehingga masyarakat mengetahui bahwa pentingnya pengasuhan anak, sehingga anak-anak kita akan menjadi generasi yang berkarakter dan akan menjadi generasi yang hebat, karena negara kita adalah negara besar, dan negara besar butuh orang-orang yang hebat dan berkarakter, ”ungkapnya. (Dian)
No comments:
Post a Comment