Makassar (LawuNews) “Budaya baca sangat penting diterapkan. Selain karena kitab suci ayat pertama yang turun memerintahkan Nabi untuk membaca, yang bisa diartikan untuk mengenali sesuatu kita harus membaca, yang kedua, secara empiris, negara yang maju, adalah negara yang masyarakatnya rajin membaca,” ujar Andi Agusniati, kepala sekolah SDN Kompleks IKIP Makassar saat diwawancarai tentang program budaya baca yang saat ini gencar dilakukan di SDN yang dipimpinnya (10/4/2015).
Terinspirasi oleh pelatihan USAID PRIORITAS tentang peningkatan minat baca, maka SDN Kompleks IKIP gunakan berbagai strategi dalam mengejawantahkannya. Di bawah adalah praktik-praktik program budaya baca yang dikelola sekolah yang dianggap favorit di Makassar ini.
Sekolah tersebut membuat sudut-sudut baca yang terletak di dalam dan di luar kelas. Guru-guru diberikan kebebasan berkreasi dalam menentukan model sesuai dengan tingkatan kelas. Misalnya, untuk Kelas I praktik yang dijalankan yakni gelar tikar baca. Gelar tikar baca ini ditujukan agar para siswa dapat duduk lesehan di atas tikar kemudian membaca secara estafet.
Terinspirasi oleh pelatihan USAID PRIORITAS tentang peningkatan minat baca, maka SDN Kompleks IKIP gunakan berbagai strategi dalam mengejawantahkannya. Di bawah adalah praktik-praktik program budaya baca yang dikelola sekolah yang dianggap favorit di Makassar ini.
Sekolah tersebut membuat sudut-sudut baca yang terletak di dalam dan di luar kelas. Guru-guru diberikan kebebasan berkreasi dalam menentukan model sesuai dengan tingkatan kelas. Misalnya, untuk Kelas I praktik yang dijalankan yakni gelar tikar baca. Gelar tikar baca ini ditujukan agar para siswa dapat duduk lesehan di atas tikar kemudian membaca secara estafet.
Untuk siswa Kelas II sendiri disediakan lemari buku serta koleksi buku yang secara swadaya dikumpulkan oleh siswa. Kelas III sendiri melaksanakan praktik books moving sama halnya dengan tukar buku. Books moving ini disajikan dengan cara buku-buku yang disusun dalam satu box atau kotak buku, kemudian kotak itu diberikan kepada satu kelompok untuk satu hari tertentu begitu seterusnya. Adapun Kelas IV, di dalam kelas terdapat gerobak baca yang berisi kumpulan buku para siswa yang dapat dibaca setiap saat.
Gerobak baca tersebut dapat dengan mudah dipindahkan oleh siswa karena dilengkapi dengan roda. Di Kelas V, di dalam kelas teradapat rak parallon yang digunakan sebagai pajangan koleksi buku. “Siapa saja siswa yang ingin baca, silakan ambil sendiri bukunya.” Tegas Agusniati. Sementara Kelas VI melaksanakan praktik yang sama seperti yang diterapkan pada siswa Kelas III yakni books moving.
Di luar kelas didirikan dua taman baca yang letaknya berada di depan taman kelas IV dan kelas V. Selain itu, terdapat pula warung baca yang letaknya persis di belakang pagar sekolah. Warung baca ini bertujuan untuk mengajak orang tua siswa ikut aktif dalam menumbuhkembangkan budaya baca di sekolah tersebut. Di warung baca tersebut disediakan koleksi bacaan seperti majalah, tabloid dan surat kabar. “Orang tua siswa kadang ada yang bawa pulang beberapa koleksi di sana.’’ ujar Agusmiati, kepala sekolah di SDN Kompleks IKIP Makassar.
Dengan model praktik budaya baca yang berbeda-beda di setiap kelas, kepala sekolah mengharapkan minat baca siswanya tumbuh dan berkembang sehingga mencintai buku dan terbiasa membaca. Program tersebut sudah berjalan selama kurang lebih empat bulan sejak Oktober 2014 lalu. Hasilnya tampak sangat positif. Siswa mampu menyampaikan hasil bacaan mereka di depan orang tua mereka di rumah. Di depan kelas, mereka mampu tampil memberikan kuldum (kuliah dua menit) dengan referensi hasil bacaan mereka. Guru membimbing siswa untuk berani tampil dan mengembangkan keterampilan berbahasa mereka lewat kegiatan kuldum. Tema kuldum sendiri biasanya membahas tentang etika dan pendidikan karakter.
Program budaya baca tersebut juga memberikan dampak positif terhadap partisipasi aktif orang tua siswa terhadap program sekolah. Misalnya, mereka memberikan bantuan materil untuk pembuatan rak parallon dan gerobak baca. Selain itu, menurut Agusmiati, sekolahnya saat ini menjalin kerjasama dengan SD Maccini 1 Makassar untuk megembangkan program yang sama. Misalnya, siswa diajak untuk berbagi buku bahkan peralatan sekolah lainnya misalnya tas, sepatu, dan alat tulis.(red)
Di luar kelas didirikan dua taman baca yang letaknya berada di depan taman kelas IV dan kelas V. Selain itu, terdapat pula warung baca yang letaknya persis di belakang pagar sekolah. Warung baca ini bertujuan untuk mengajak orang tua siswa ikut aktif dalam menumbuhkembangkan budaya baca di sekolah tersebut. Di warung baca tersebut disediakan koleksi bacaan seperti majalah, tabloid dan surat kabar. “Orang tua siswa kadang ada yang bawa pulang beberapa koleksi di sana.’’ ujar Agusmiati, kepala sekolah di SDN Kompleks IKIP Makassar.
Dengan model praktik budaya baca yang berbeda-beda di setiap kelas, kepala sekolah mengharapkan minat baca siswanya tumbuh dan berkembang sehingga mencintai buku dan terbiasa membaca. Program tersebut sudah berjalan selama kurang lebih empat bulan sejak Oktober 2014 lalu. Hasilnya tampak sangat positif. Siswa mampu menyampaikan hasil bacaan mereka di depan orang tua mereka di rumah. Di depan kelas, mereka mampu tampil memberikan kuldum (kuliah dua menit) dengan referensi hasil bacaan mereka. Guru membimbing siswa untuk berani tampil dan mengembangkan keterampilan berbahasa mereka lewat kegiatan kuldum. Tema kuldum sendiri biasanya membahas tentang etika dan pendidikan karakter.
Program budaya baca tersebut juga memberikan dampak positif terhadap partisipasi aktif orang tua siswa terhadap program sekolah. Misalnya, mereka memberikan bantuan materil untuk pembuatan rak parallon dan gerobak baca. Selain itu, menurut Agusmiati, sekolahnya saat ini menjalin kerjasama dengan SD Maccini 1 Makassar untuk megembangkan program yang sama. Misalnya, siswa diajak untuk berbagi buku bahkan peralatan sekolah lainnya misalnya tas, sepatu, dan alat tulis.(red)
No comments:
Post a Comment