Sunday, May 5, 2013

Indonesia Dihadapkan Pada Permasalahan Kependudukan Yang Kompleks

 
Pemateri masalah kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan pertanian, Ir. Tiwa Sukrianto MS (tampak kiri) dan Pemateri dampak KB terhadap dunia pendidikan, Rektor Unigal Ciamis, Prof. Dr. H. Suherli, M.Pd menjadi isu hangat pada acara konsolidasi dan media gathering yang digelar pengurus IPKB Kabupaten Ciamis, Selasa (30/4) di Aula Disdik Kabupaten Ciamis.     (Foto : Mamay)
CIAMIS LawuNews (LN) – Indonesia dihadapkan pada masalah kependudukan yang serius dan kompleks dimana Indonesia termasuk negara yang jumlah penduduknya besar dengan laju pertumbuhan cepat, tetapi kualitasnya tergolong rendah. Hal ini tentu saja menambah beban pemerintah bertambah semakin berat untuk memenuhi kebutuhan dasar perumahan, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan lain-lain. Permasalahan kependudukan di Indonesia, dimana Indonesia mempunyai jumlah penduduk besar ± 230 juta jiwa dan saat ini menduduki peringkat keempat penduduk terbesar di dunia. Hal itu tentu saja berimbas bagi sektor pertanian, dalam jangka panjang menjadi ancaman yang sangat serius terutama dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan. 

Untuk terjaminnya pemenuhan kebutuhan pangan yang berkelanjutan, tidak hanya dapat dipecahkan melalui peningkatan kinerja pembangunan pertanian (hilir) tetapi yang lebih penting adalah menekan laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas penduduk (hilir). Hal itu disampaikan pakar kependudukan yang merupakan mantan Kepala Bappeda Kabupaten Ciamis, Ir. Tiwa Sukrianto MS dalam acara konsolidasi dan media gathering yang digelar pengurus IPKB Kabupaten Ciamis di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Selasa (30/4). Menurutnya, akibat persebaran penduduk tidak merata seperti yang terjadi di Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya 7 persen dari luas Indonesia ± 60 persen penduduk (padat) akibatnya luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Akibat sempitnya luas lahan pertanian dan padatnya persebaran penduduk tentu saja berimbas kepada tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, tingkat pendapatan, tingkat produktivitas sehingga bisa disimpulkan kemakmuran 37,5 juta jiwa hidup dibawah garis kemiskinan. 

Dampak kepadatan penduduk terhadap pembangunan pertanian, lanjut Tiwa, meningkatnya kebutuhan pangan. Indonesia tercatat sebagai negara dengan konsumsi beras tertinggi di dunia rata-rata 102 kg/cap/tahun pada akhir tahun 2012 (Deptan, 2013) menurun dari 13915 kg/cap/tahun. Bandingan rata-rata konsumsi beras di Indonesia dengan dunia, dimana dunia mengkonsumsi beras 60 kg/cap/tahun – Korea 40 kg/cap/tahun – Jepang 50 kg/cap/tahun – Malaysia 80 kg/cap/tahun – Thailand 70 kg/cap/tahun. Akibatnya, beberapa komoditas pangan tidak bisa memenuhi kebutuhan sehingga harus impor. Akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi penggunaan pemukiman, fasilitas umum, industri dan lain-lain otomatis lahan pertanian menyempit. Rata-rata pemilikan lahan pertanian rendah (< 0,5 ha), akibatnya usaha tani tidak menguntungkan sehingga terjadi alih profesi pekerjaan dan terjadi urbanisasi. Selain itu merosotnya tingkat kesuburan lahan pertanian akibat penggunaan terus menerus tanpa diimbangi dengan pemupukan berimbang sehingga produktivitas semakin rendah. Faktor lainnya kualitas SDM pertanian rendah, dimana petani didominasi usia tua dan mereka sulit menerima inovasi teknologi, sehingga menjadi kendala dalam meningkatkan produksi. Akibat kualitas pertanian rendah, daya saing dengan produk impor kalah. Kegagalan lainnya dalam pertanian akibat SDM rendah, terjadinya gagal panen yang diakibatkan cuaca ekstrim, hama/ penyakit, harga fluktuatif, pendapatan hasil panen tidak sesuai dengan keinginan. Untuk itu program Keluarga Berencana (KB) perlu digalakkan dan menjadi prioritas utama pembangunan terjadinya sinergitas antara pusat dan daerah yang bertujuan menurunkan angka kelahiran agar pertumbuhan penduduk tidak melebihi kemampuan produksi. Memelihara kesehatan ibu dan anak untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat dan sejahtera. 

Keberhasilan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dan upaya lain dalam rangka peningkatan kualitas penduduk akan berdampak terhadap menurunnya konsumsi pangan dan tekanan terhadap lahan pertanian, sehingga peningkatan produksi pangan dapat lebih menjamin ketersediaan pangan yang berkelanjutan, papar Tiwa. Sementara itu dampak KB terhadap dunia pendidikan yang disampaikan Rektor Universitas Galuh Ciamis, Prof. Dr. H. Suherli, M.Pd, pertumbuhan penduduk di Indonesia masih belum terkendali secara optimal. Program-program pemerintah tampaknya kurang memperhatikan perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat, saat ini jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 250 juta. Dalam pendataan penduduk yang dilakukan oleh Kementrian Dalam Negeri, diketahui penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010 mencapai 259.940.857, yang dari jumlah ini terdiri atas laki-laki 132.240.055 orang dan perempuan 127.700.802 orang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun saat ini, kata Dr. Suherli, termasuk ke dalam 20 negara ekonomi maju di dunia karena Indonesia menduduki urutan ke-16 dunia sebagai negara yang perekonomiannya maju dengan jumlah kelompok konsumtif 45 juta dan tenaga terampil 55 juta orang. Berdasarkan analisis McKinsey Global Institute, jika perkembangan kependudukan dan ekonomi Indonesia seperti ini maka pada tahun 2030 akan menempati urutan ke-7 sebagai negara ekonomi besar dunia dengan kelompok konsumtif 135 juta yang memerlukan tenaga terampil sebanyak 113 juta orang. Dengan mencermati kedua data tersebut, maka persoalan kependudukan dengan pendidikan merupakan masalah yang sangat krusial jika tidak dikelola dengan maksimal. Peran pemerintah pusat maupun daerah dalam mengelola kedua bidang tersebut masih memerlukan bantuan dari pihak-pihak lain yang terkait, baik akademisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, maupun lembaga swadaya masyarakat yang secara langsung melakukan pemberdayaan dan pembinaan yang bertemali dengan bidang kependudukan dan pendidikan. Komponen yang juga sangat berperan dalam pemberdayaan masyarakat ini adalah kehadiran para penulis yang memiliki kepedulian terhadap keluarga berencana. 

Para penulis ini dapat mencurahkan pemikiran dan pandangan tentang perlunya penyiapan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, bukan hanya terfokus pada kuantitas penduduk, tetapi lebih menekankan pada kualitas penduduk melalui perencanaan berkeluarga. Pemikiran-pemikiran tersebut dapat dituangkan kedalam media massa cetak, elektronik, media daring (online) yang dapat dengan mudah dan murah diakses oleh masyarakat Indonesia. Upaya peningkatan pemahaman masyarakat tentang pertumbuhan penduduk yang berdampak terhadap aspek kehidupan perlu terus dilakukan melalui berbagai cara. Berbagai gagasan kreatif dan inovatif yang dapat menuntun pemahaman masyarakat tentang perlunya perencanaan berkeluarga dalam rangka mempersiapkan bangsa berkualitas perlu terus dilakukan, papar Dr. Suherli. “Semakin banyak pemikiran disampaikan kepada masyarakat akan semakin cepat pula menuntun masyarakat masuk dalam kehidupan keluarga modern yang melunturkan pandangan bahwa “banyak anak, banyak rezeki”. Kehadiran IPKB merupakan kekuatan baru yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat atau mnegadvokasi pemerintah untuk memberikan perhatian yang optimal terhadap kependudukan dan keluarga berencana,” tandas Dr. Suherli. (Mamay/Dian/Red)

No comments:

Koprasi Warga Cimahi Mandiri Menggelar RAT Tepat Waktu

Cimahi (LawuPost)  Koperasi yang sehat dan baik adalah Koperasi yang mampu melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktu, dan Rap...