Saturday, September 21, 2013

Pedagang Ayam di Priatim Mogok Berjualan

CIAMIS.(LawuNews.com)
  Setelah beberapa waktu lalu dihebohkan dengan mogoknya para pengrajin tahu dan tempe akibat melambungnya harga kedelai dipasaran sehingga menghentikan produksinya, baru-baru ini juga para penjual ayam di Pasar Manis Ciamis mogok berjualan. Tingginya harga daging ayam di wilayah Priangan timur, khususnya Tasikmalaya yang menyebabkan pedagang ayam mogok berjualan disikapi serius oleh Ketua Persatuan Peternak Ayam Nasional (PPAN) Ir. H. Herry Dermawan. Dia mengakui, tingginya harga daging ayam tidak hanya di tingkat penjual tapi mulai dari tingkat peternak. Hal ini dipicu oleh naiknya harga bibit ayam atau Day Old Chicken (DOC) sebesar RP 3.500 dari RP 4.000 menjadi RP 7.500. Ditambah kenaikan harga pakan RP 500 per kilogramnya. Adanya kenaikan harga DOC dan Pakan ini, kata Heri, mengakibatkan modal peternak memelihara ayam membengkak menjadi Rp 19.750 sd 20.500. Petenak menjual ayamnya di kandang Rp 21.700 perekor. "Tingginya harga ayam di pasar mencapai Rp 40.000 sebetulnya tidak dinikmati peter-nak. 
   Dari modal yang dikeluarkan, keuntungan peternak hanya 5 persen atau Rp 1.200 Per kilogram. Itupun dengan catatan kematian ayam dikandang tidak lebih dari 4%." Ujar Herry. Dia rnenambahkan, dengan harga ayam di kandang 21.700 per ekor, kemudian di tingkat bandar Rp 24.000 (ditambah tranport dan susut), maka harga ayam karkas sudah bersih, tanpa kaki kepala dan jeroan serta bulu, harga yang wajar di pasar Rp 35.500 - Rp 36.500. Selain itu, Jelas Herry tingginya harga ayam karena dipicu oleh kelangkaan ayam di kandang peternak pasca lebaran. Sebagian besar peternak tidak mendapatkan bibit DOC dari breeding farm (pabrik pembibitan) karena H-7 sampai dengan H+7 karyawan diliburkan. Sedangkan pemeliharaan ayam berkisar antara 30-35 hari. "Sebagian peternak tidak mendapatkan suplai DOC pasca lebaran, makanya sesuai dengan masa produksi, kelangkaan ayam di kandang peternak akan terasa sampai minggu depan," ujanrya. 
  Terkait mogoknya bandar dan pedagang ayam belum lama ini, menurut Herry, justru sangat membantu peternak dan poultry shop dalam membagi distribusi ayamnya. Peternak pun akan lebih efisien, karena saat ini, dengan permintaan pasar yang tinggi, peternak terpaksa menjual ayamnya dengan umur sangat muda yaitu 28 hari, Padahal seharusnya dipanen umur 31 sampai 35 hari. "Bandar dan penjual Mogok itu hak mereka, tidak akan menyebabkan peternak merugi. Yang rugi itu jika peternak jorjoran membeli DOC saat harga tinggi. Oleh karena itu Peternak agar menahan diri untuk tidak memasukkan DOC sampai harganya normal di kisaran Rp 4.000 sd Rp 4500 ujarnya. (Mamay/Dian/Red)

No comments:

Koprasi Warga Cimahi Mandiri Menggelar RAT Tepat Waktu

Cimahi (LawuPost)  Koperasi yang sehat dan baik adalah Koperasi yang mampu melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktu, dan Rap...