Ciamis
(Lawunews.Com)
Pembangunan kependudukan sejatinya bukan barang baru, seacara yuridis formal pembangunan kependudukan tertuang jelas dalam Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (PKPK). Kependudukan sebagai titik sentral kegiatan pembangunan tertuang dalam pasal 3 Undang-undang tersebut. Masalah kependudukan semakin komplek tantangannya juga semakin berat. Disisi lain paradikma pembangunan kependudukan juga terus berkembang. Program KB terus bertransformasi dari sekedar alat kontrasepsi merambah ke pengendalian penduduk (KKB) untuk kemudian secara tegas memlih fokus pada pembangunan keluarga (KKBPK). “Dibutuhkan kerja-kerja akrobatik untuk membangun keselarasan dan kesinambungan pembangunan KKBPK dan itulah yang menjadi bahan renungan para pegiat kepenulisan KKB yang tergabung dalam Ikatan Pemerhati Kependudukan dan Penulis Keluarga Berencana (IPKB), “kata Kepala Bidang Analisa dan Pengembangan Data Program Keluarga Berencana (APDP) Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BKBPMPD) Kabupaten Ciamis, Wiwik Dewikoraningsih, SH, MSi.
Menurutnya, IPKB hadir sebagai representai penulis atau pemerhati KKB yang peduli terhadap pembangunan kependudukan dan keluarga. IPKB menjadi semacam katalisator pengarus utamaan pembangunan bangsa yang berpusat kepada kependudukan sehingga diharapkan selain untuk lebih meningkatkan peran kelembagaan, IPKB juga dituntut berperan dalam penyebarluasan informasi tentang program Kependudukan Keluarga Berencana (KKB) Kabupaten Ciamis. Ketua IPKB Provinsi Jawa Barat, H. Soeroso Dasar, SE, MBA dalam pemaparannya dihadapan para pengurus dan anggota IPKB serta unsur SOPD, para penggerak TP PKK Kecamatan serta tamu undangan dari unsur perguruan tinggi dan unsur Lembaga Swadaya Masyarakat mengajak untuk merenungi sebuah buku hasil karya Lester R Brown dalam bukunya The Twenty Ninth Day (1978), yang didalamnya mengajukan sebuah teka teki kepada kita tentang kolam teratai. Bunyinya : “kolam teratai itu terisi sehelai daun, yang setiap hari jumlah daunnya itu bertambah dua kali lipat. Hari kedua daunnya menjadi dua, hari ketiga menjadi empat, dan dihari keempat menjadi delapan, begitulah seterusnya. Jika kolam itu penuh pada hari ke 30, maka pada hari keberapa setengah kolam itu terisi…?” Jawabnya adalah di hari ke-29. Teka teki yang disampaikan Brown itu mencoba menggambarkan hukum besi yang pernah diungkapkan oleh Malthus. Manusia tumbuh seperti deret ukur, sedangkan alat pemuasnya tumbuh seperti deret hitung.
“Jawa Barat hari hari ini tepat berada di hari ke-29 seperti kata Lester R Brown, berada di tengah kolam yang namanya bumi. Termasuk didalamnya Kabupaten Ciamis, sekalipun telah dimekarkan dengan Pangandaran. Kedepan, penghuni bumi semakin penuh sesak. Kemiskinan bertebaran kemana mana, penyakit bermacam macam, konflik sosial pun sulit dikendalikan. Peradaban manusia runtuh, mendekati peradaban binatang. Pada saat itulah manusia baru menyadari, kelangkaan sumber alam dan kelebihan penduduk ternyata lebih berbahaya jika dibandingkan dengan ancaman nuklir atau serangan terorisme. Benar kata Kasad Jendral TNI Gatot Nurmanto, dihadapan Mahasiswa Unjani beberapa hari lalu, bahwa populasi penduduk dan krisis pangan dan energi merupakan ancaman baru, “ungkap Soeroso. Bahkan, kata H. Soeroso, menurut perhitungan british petroleum, sisa energi fosil di Indonesia tinggal 10 tahun lagi. Menurut Paul R Ehrlich dalam population bomb (1978), bumi akan dipenuhi oleh enam puluh juta milyar jiwa, dengan rasio setiap 100 orang menempati satu meter persegi dimuka bumi, daratan dan lautan. Bahkan, Jh Fremin dalam How Many People Can The World Support, menggambarkan, gedung yang bisa ditempati oleh enam puluh juta milyard tersebut, adalah gedung bertingkat 2000 yang sambung menyambung memenuhi isi seluruh planet bumi.
“Mungkin banyak yang berkomentar gambaran diatas terlalu pesimis, tetapi bukan tidak mempunyai dasar faktual. Dengan mengacu pada proyeksi penduduk model Bappenas 2000-2025, United Nations (2008), Sensus 2010 dan SDKI, serta sasaran MDGs, penduduk Jawa Barat tahun 2015 diperkirakan berjumlah 47.329.798. Tahun 2020 meningkat menjadi 51.761.861 jiwa, dan tahun 2025 sebanyak 56.285.572, tahun 2030 sudah mencapai 60.829.568 jiwa dan tahun 2035 menjadi 65.334.219 jiwa. Ini dengan catatan program Keluarga Berencana harus lebih baik dari hari ini. Bagaimana jumlah penduduk Jawa Barat dan Kabupaten Ciamis kalau program keluarga berencana seperti sekarang? “tanya H Soeroso. Kondisi ini hendaknya dianggap sebuah masalah besar yang harus ditanggulangi kedepan. Karena dampak negatif dari pertumbuhan penduduk yang tidak mampu dikendalikan, akan menyeret negeri kelembah kehancuran yang demikian dalam. Penduduk adalah hulu dari semua permasalahan kehidupan yang ada. Bila ramalan atau perhitungan diatas tadi salah, tentu peradaban penduduk dunia akan lebih baik dari yang diperkirakan. Namun bila ramalan itu benar, ikhtiar sekecil apapun yang kita lakukan adalah wajib hukumnya (fardhu ‘ain) untuk memberikan sumbangan perbaikan bagi pembangunan kependudukan hari ini dan dimasa akan datang. Dimana kita berada? Dan apa yang telah dibuat oleh IPKB Jabar?
Pengaruh modernisasi dan pembangunan menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan, sehingga tingkat kelahiran cenderung menurun. Disinilah terlihat tingkat kematian rendah dan pertumbuhan penduduk rendah. Turunnya laju pertumbuhan penduduk lebih merupakan suatu konsekuensi alamiah dari kebijakan kebijakan yang dirancang untuk secara langsung menaikkan taraf hidup sebagian rakyat miskin. (pembangunan pro rakyat miskin). Pembangunan yang benar akan mendorong penduduk memiliki sedikit anak. Program keluarga berencana yang disusun dan dilaksanakan secara baik dan program kependudukan lainnya akan mempunyai peranan penting dan bermanfaat. “Kita harus melihat secara jeli hal ini. . Seberapa jauh pemerintah memperhatikan akan hal itu, “ajak H Soeroso. IPKB merupakan organisasi nirlaba, tempat berkumpulnya para Penulis dan Pemerhati serta Pegiat masalah Kependudukan dan KB. Ada wartawan, seniman, dosen, guru, dokter, anggota DPR, dan lainnya yang peduli dan prihatin dengan masalah kependudukan. Usia IPKB hampir sama dengan usia program KB. Secara umum peran IPKB Jawa Barat adalah merubah cara pandang masyarakat agar ikut program KB, melalui kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya sangat disadari bahwa media adalah “kekuatan keempat” maka tugas suci ini sangat strategis dan membawa kemaslahatan ummat serta peningkatan peradaban manusia.
Beberapa peran yang dilakukan IPKB diantaranya meliput setiap kegiatan program kependudukan/KB, dan memuatnya baik dalam media cetak, televisi, radio, maupun media sosial lainnya. Memberikan masukan (fooding) terhadap instansi yang terkait. Menjadi pembicara baik di tingkat regional maupun nasional. Melakukan kaijan kajian strategis tentang masalah kependudukan/KB. Memberikan advokasi kepada anggota DPR ,dan pembekalan kepada calon anggota DPR dan DPRD. Melakukan pelatihan pelatihan demografi. Menerbitkan buku, majalah, film pendek, media sosial, dan lainnya. Melakukan kajian kajian dan studi banding ke Cina, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Rutin melaksanakan media getheering. Menjadi tim penulis grand desain kependudukan. menjadi tim perencanaan pembangunan ketenagakerjaan, kependudukan di Jawa Barat serta menyelenggarakan seminar seminar tentang kependudukan/KB. Namun peran tersebut hanya akan efektif apabila IPKB mempunyai sumber daya manusia yang mumpuni. Dinamika perkembangan dan perubahan perabadan yang demikian cepat, membuat IPKB tertantang untuk menjawabnya. Dilain pihak, pemerintah juga mengerti dan terbuka dengan peran pers dalam upaya mensosialisasikan dan mengawal program program pembangunan. “Ditengah memburuknya moral saat ini, saya ingin mengajak para pengurus IPKB dan insan pers, untuk bekerja dengan penuh rasa cinta. Jadikan kita manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Karena hidup ini tidak panjang, dan kita dicatat oleh sejarah telah berbuat untuk kehidupan, “pungkas H Soeroso. (Mamay)
Pembangunan kependudukan sejatinya bukan barang baru, seacara yuridis formal pembangunan kependudukan tertuang jelas dalam Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (PKPK). Kependudukan sebagai titik sentral kegiatan pembangunan tertuang dalam pasal 3 Undang-undang tersebut. Masalah kependudukan semakin komplek tantangannya juga semakin berat. Disisi lain paradikma pembangunan kependudukan juga terus berkembang. Program KB terus bertransformasi dari sekedar alat kontrasepsi merambah ke pengendalian penduduk (KKB) untuk kemudian secara tegas memlih fokus pada pembangunan keluarga (KKBPK). “Dibutuhkan kerja-kerja akrobatik untuk membangun keselarasan dan kesinambungan pembangunan KKBPK dan itulah yang menjadi bahan renungan para pegiat kepenulisan KKB yang tergabung dalam Ikatan Pemerhati Kependudukan dan Penulis Keluarga Berencana (IPKB), “kata Kepala Bidang Analisa dan Pengembangan Data Program Keluarga Berencana (APDP) Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BKBPMPD) Kabupaten Ciamis, Wiwik Dewikoraningsih, SH, MSi.
Menurutnya, IPKB hadir sebagai representai penulis atau pemerhati KKB yang peduli terhadap pembangunan kependudukan dan keluarga. IPKB menjadi semacam katalisator pengarus utamaan pembangunan bangsa yang berpusat kepada kependudukan sehingga diharapkan selain untuk lebih meningkatkan peran kelembagaan, IPKB juga dituntut berperan dalam penyebarluasan informasi tentang program Kependudukan Keluarga Berencana (KKB) Kabupaten Ciamis. Ketua IPKB Provinsi Jawa Barat, H. Soeroso Dasar, SE, MBA dalam pemaparannya dihadapan para pengurus dan anggota IPKB serta unsur SOPD, para penggerak TP PKK Kecamatan serta tamu undangan dari unsur perguruan tinggi dan unsur Lembaga Swadaya Masyarakat mengajak untuk merenungi sebuah buku hasil karya Lester R Brown dalam bukunya The Twenty Ninth Day (1978), yang didalamnya mengajukan sebuah teka teki kepada kita tentang kolam teratai. Bunyinya : “kolam teratai itu terisi sehelai daun, yang setiap hari jumlah daunnya itu bertambah dua kali lipat. Hari kedua daunnya menjadi dua, hari ketiga menjadi empat, dan dihari keempat menjadi delapan, begitulah seterusnya. Jika kolam itu penuh pada hari ke 30, maka pada hari keberapa setengah kolam itu terisi…?” Jawabnya adalah di hari ke-29. Teka teki yang disampaikan Brown itu mencoba menggambarkan hukum besi yang pernah diungkapkan oleh Malthus. Manusia tumbuh seperti deret ukur, sedangkan alat pemuasnya tumbuh seperti deret hitung.
“Jawa Barat hari hari ini tepat berada di hari ke-29 seperti kata Lester R Brown, berada di tengah kolam yang namanya bumi. Termasuk didalamnya Kabupaten Ciamis, sekalipun telah dimekarkan dengan Pangandaran. Kedepan, penghuni bumi semakin penuh sesak. Kemiskinan bertebaran kemana mana, penyakit bermacam macam, konflik sosial pun sulit dikendalikan. Peradaban manusia runtuh, mendekati peradaban binatang. Pada saat itulah manusia baru menyadari, kelangkaan sumber alam dan kelebihan penduduk ternyata lebih berbahaya jika dibandingkan dengan ancaman nuklir atau serangan terorisme. Benar kata Kasad Jendral TNI Gatot Nurmanto, dihadapan Mahasiswa Unjani beberapa hari lalu, bahwa populasi penduduk dan krisis pangan dan energi merupakan ancaman baru, “ungkap Soeroso. Bahkan, kata H. Soeroso, menurut perhitungan british petroleum, sisa energi fosil di Indonesia tinggal 10 tahun lagi. Menurut Paul R Ehrlich dalam population bomb (1978), bumi akan dipenuhi oleh enam puluh juta milyar jiwa, dengan rasio setiap 100 orang menempati satu meter persegi dimuka bumi, daratan dan lautan. Bahkan, Jh Fremin dalam How Many People Can The World Support, menggambarkan, gedung yang bisa ditempati oleh enam puluh juta milyard tersebut, adalah gedung bertingkat 2000 yang sambung menyambung memenuhi isi seluruh planet bumi.
“Mungkin banyak yang berkomentar gambaran diatas terlalu pesimis, tetapi bukan tidak mempunyai dasar faktual. Dengan mengacu pada proyeksi penduduk model Bappenas 2000-2025, United Nations (2008), Sensus 2010 dan SDKI, serta sasaran MDGs, penduduk Jawa Barat tahun 2015 diperkirakan berjumlah 47.329.798. Tahun 2020 meningkat menjadi 51.761.861 jiwa, dan tahun 2025 sebanyak 56.285.572, tahun 2030 sudah mencapai 60.829.568 jiwa dan tahun 2035 menjadi 65.334.219 jiwa. Ini dengan catatan program Keluarga Berencana harus lebih baik dari hari ini. Bagaimana jumlah penduduk Jawa Barat dan Kabupaten Ciamis kalau program keluarga berencana seperti sekarang? “tanya H Soeroso. Kondisi ini hendaknya dianggap sebuah masalah besar yang harus ditanggulangi kedepan. Karena dampak negatif dari pertumbuhan penduduk yang tidak mampu dikendalikan, akan menyeret negeri kelembah kehancuran yang demikian dalam. Penduduk adalah hulu dari semua permasalahan kehidupan yang ada. Bila ramalan atau perhitungan diatas tadi salah, tentu peradaban penduduk dunia akan lebih baik dari yang diperkirakan. Namun bila ramalan itu benar, ikhtiar sekecil apapun yang kita lakukan adalah wajib hukumnya (fardhu ‘ain) untuk memberikan sumbangan perbaikan bagi pembangunan kependudukan hari ini dan dimasa akan datang. Dimana kita berada? Dan apa yang telah dibuat oleh IPKB Jabar?
Pengaruh modernisasi dan pembangunan menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan, sehingga tingkat kelahiran cenderung menurun. Disinilah terlihat tingkat kematian rendah dan pertumbuhan penduduk rendah. Turunnya laju pertumbuhan penduduk lebih merupakan suatu konsekuensi alamiah dari kebijakan kebijakan yang dirancang untuk secara langsung menaikkan taraf hidup sebagian rakyat miskin. (pembangunan pro rakyat miskin). Pembangunan yang benar akan mendorong penduduk memiliki sedikit anak. Program keluarga berencana yang disusun dan dilaksanakan secara baik dan program kependudukan lainnya akan mempunyai peranan penting dan bermanfaat. “Kita harus melihat secara jeli hal ini. . Seberapa jauh pemerintah memperhatikan akan hal itu, “ajak H Soeroso. IPKB merupakan organisasi nirlaba, tempat berkumpulnya para Penulis dan Pemerhati serta Pegiat masalah Kependudukan dan KB. Ada wartawan, seniman, dosen, guru, dokter, anggota DPR, dan lainnya yang peduli dan prihatin dengan masalah kependudukan. Usia IPKB hampir sama dengan usia program KB. Secara umum peran IPKB Jawa Barat adalah merubah cara pandang masyarakat agar ikut program KB, melalui kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya sangat disadari bahwa media adalah “kekuatan keempat” maka tugas suci ini sangat strategis dan membawa kemaslahatan ummat serta peningkatan peradaban manusia.
Beberapa peran yang dilakukan IPKB diantaranya meliput setiap kegiatan program kependudukan/KB, dan memuatnya baik dalam media cetak, televisi, radio, maupun media sosial lainnya. Memberikan masukan (fooding) terhadap instansi yang terkait. Menjadi pembicara baik di tingkat regional maupun nasional. Melakukan kaijan kajian strategis tentang masalah kependudukan/KB. Memberikan advokasi kepada anggota DPR ,dan pembekalan kepada calon anggota DPR dan DPRD. Melakukan pelatihan pelatihan demografi. Menerbitkan buku, majalah, film pendek, media sosial, dan lainnya. Melakukan kajian kajian dan studi banding ke Cina, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Rutin melaksanakan media getheering. Menjadi tim penulis grand desain kependudukan. menjadi tim perencanaan pembangunan ketenagakerjaan, kependudukan di Jawa Barat serta menyelenggarakan seminar seminar tentang kependudukan/KB. Namun peran tersebut hanya akan efektif apabila IPKB mempunyai sumber daya manusia yang mumpuni. Dinamika perkembangan dan perubahan perabadan yang demikian cepat, membuat IPKB tertantang untuk menjawabnya. Dilain pihak, pemerintah juga mengerti dan terbuka dengan peran pers dalam upaya mensosialisasikan dan mengawal program program pembangunan. “Ditengah memburuknya moral saat ini, saya ingin mengajak para pengurus IPKB dan insan pers, untuk bekerja dengan penuh rasa cinta. Jadikan kita manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Karena hidup ini tidak panjang, dan kita dicatat oleh sejarah telah berbuat untuk kehidupan, “pungkas H Soeroso. (Mamay)
No comments:
Post a Comment