Ciamis (Lawunews.Com)
Permasalahan lingkungan hidup merupakan suatu gambaran kondisi kehidupan yang tanpa disadari baik atau buruk dampaknya akan berpengaruh besar pada dua hal yaitu fisik dan non fisik. Secara fisik permasalahan penanganan lingkungan hidup berdampak secara langsung pada kondisi lingkungan hidup tersebut. Sedangkan secara non fisik hal tersebut berpengaruh secara tidak langsung terhadap mental dan kebiasaan hidup (budaya) manusia.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mewujudkan sikap mental dan kebiasaan hidup manusia secara umum dan khususnya warga sekolah, maka Kepala Sekolah melalui proses pembelajaran di sekolah berupaya melakukan tindakan-tindakan prefentif dengan cara pendekatan pedagogis yang komprehensif dan terintegrasi. Pendekatan tersebut dimaksudkan untuk melakukan perbaikan sikap, cara pandang dan perubahan kebiasaan hidup yang mengarah kepada budaya peduli lingkungan (memelihara, memperbaiki dan melestarikan lingkungan) sekolah dan sekitarnya.
Berkaitan dengan itu pula, sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal, merupakan salah satu wahana pendidikan yang pantas untuk melaksanakan pendekatan pedagogis tersebut. Dengan demikian sekolah diharapkan dapat memberdayakan diri sebagai agent pendidikan yang dapat membantu pemerintah membangun dan mencetak generasi penerus yang berkarakter dan berahlak mulia (salah satunya peduli terhadap lingkungan).
Untuk mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan, diperlukan peran kepala sekolah dalam mendisain program inovatif dan kreatif sehingga memberi imbas yang positif dan luas pada seluruh warga sekolah. Hal tersebut dikemukakan Kepala Sekolah SMPN 8 Ciamis, Dra. Hj. Lili Chauliyah, MPd ketika dikonfirmasi Awak Media diruangannya, Kamis (26/6) seputar program Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL).
Sosok Kepala Sekolah yang satu ini dari pengamatan Media Bangsa memang diidentikan sebagai ibu Adiwiyata. Dimanapun dia bertugas sebagai Kepala Sekolah berbagai penghargaan dari mulai Sekolah Berbudaya Lingkungan, Raksa Prasada hingga Adiwiyata selalu menghampirinya. Dari mulai menjabat sebagai Kepala SMPN 7 Ciamis yang membuahkan Adiwiyata tingkat Provinsi, SMPN 6 Ciamis Adiwiyata Tingkat Provinsi dan puncaknya SMPN 3 Ciamis menggondol Adiwiyata tingkat Nasional sehingga SMPN 3 Ciamis dijadikan Pilot Project sebagai sekolah Adiwiyata. Sekarang Hj. Lili bertugas di SMPN 8 Ciamis dan di SMPN 8 Ciamis ini pula Hj. Lili tak mau berleha-leha. Dia mengajak warga sekolah untuk meneruskan program yang sudah ada dengan melibatkan peran serta orang tua murid.
Menurut Hj. Lili, pentingnya warga sekolah untuk memahami tentang budaya lingkungan bukan hanya untuk pencapaian prestasi saja tetapi ketika semua warga sekolah sudah menyadari serta bertanggungjawab tentang pentingnya lingkungan akan tercipta suasana nyaman, tentram dan asri sehingga warga sekolah akan betah di sekolah dan proses kegiatan belajar mengajar pun akan nyaman dan tentram.
Dari analisisnya, kegiatan-kegiatan sekolah yang dituangkan dalam program sekolah tak lain untuk mewujudkan kondisi sekolah yang kondusif dalam menjalankan program – programnya. Hal ini nampaknya sudah menjadi suatu prasyarat bagi pengelolaan sekolah. Sehingga dari tahun ke tahun perubahan atau peningkatan kualitas pelaksanaan program sekolah masih homogen diisi oleh kegiatan- kegiatan rutinitas yang sama.
Salah satu kegiatan yang marak dilaksanakan hampir di setiap sekolah adalah gerakan kebersihan. Gerakan ini rutin dilaksanakan setiap hari sebagai bentuk kegiatan piket siswa dalam menjaga lingkungan kelas tetap bersih dan nyaman. Gerakan ini juga rutin dijalankan setiap hari jumat dengan istilah Gerakan Jumsih” atau Jumat bersih. Keduanya dijalankan secara rutin dan terkodinir dengan baik.
Di sisi lain pemerintah melalui Badan Pengendalian Lingkungan Hidup baik di tingkat Kabupaten, Kota, Propinsi, maupun tingkat Pusat telah menindaklanjuti kegiatan “Gerakan Kebersihan” ini, dengan menggulirkan program-program pendidikan lingkungan hidup yang dituangkan dalam berbagai kegiatan diantaranya “Green School” , Sekolah Berbudaya Lingkungan, dan Adiwiyata.
Sehubungan dengan hal tersebut, Gubernur Jawa Barat dalam sambutannya mengatakan bahwa “Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan wahana pendidikan dalam rangka memberikan pembinaan, pelatihan dan pendidikan nilai baik yang terkait dengan moral, sosial maupun lingkungan ekologi”. Berdasarkan ketiga fakta tersebut, sekolah di bawah pembinaan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota perlu menindaklanjuti secara bertahap dan berkelanjutan.
Hal ini dimaksudkan bahwa sekolah perlu melakukan satu perubahan atau inovasi dalam program sekolah berkaitan dengan kegiatan Gerakan Kebersihan. Gerakan kebersihan nampaknya lebih cenderung kepada kegiatan fisik kebersihan lingkungan. Sementara kebiasaan aktivitas keseharian siswa di sekolah belum menunjukkan adanya perubahan sikap, karakter, atau kepribadian yang mengarah pada budaya peduli lingkungan.
Sementara Budaya Peduli Lingkungan lebih mengarah pada kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan oleh masing-masing pribadi dan disebarluaskan oleh pelaksanaan komunal sehingga menjadi suatu kegiatan fenomenal yang berdampak luas dan dapat dirasakan untuk waktu jangka panjang. Bentuk budaya peduli lingkungan yang mudah dilaksanakan dan dievaluasi keberhasilannya sebagai contoh adalah budaya 3M yaitu biasa membuang sampah pada tempatnya, biasa memungut dan memilah, dan biasa mengingatkan orang lain untuk melakukan hal tersebut.
Pelaksanaan budaya pembiasaan tersebut tidak mudah dan tidak dapat dirasakan hasilnya secara langsung. Hal ini memerlukan waktu dan komitmen dari setiap warga sekolah untuk melaksanakan nya secara konsisten dan berkesinambungan. Sehingga perubahan kondisi terkait sikap pembiasaan dan lingkungan sekitar sekolah dapat terlihat.
Sehubugan dengan kondisi tersebut maka perlu adanya upaya perubahan paradigma dikalangan sekolah dimana kegiatan Gerakan Kebersihan beranjak menjadi Budaya Peduli Lingkungan. Arah perubahan fokus pada pembinaan sikap dan karakter siswa untuk memiliki jiwa peduli khususnya pada lingkungan sekitar sekolah. Dengan sikap peduli ini diharapkan siswa mampu mengantisipasi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh limbah sampah yang diproduksi oleh warga sekolah. Salah satu upaya untuk membangun karakter warga sekolah peduli terhadap lingkungan adalah melalui kegiatan atau aktivitas yang kreatif, sederhana, dan bermanfaat. Kegiatan ini diimplementasikan melalui aktivitas pengumpulan limbah sampah atau istilah lainnya adalah “Bank Sampah”.
Belum banyak sekolah yang menerapkan kegiatan bank sampah ini, karena program bank sampah ini notabene adalah suatu kegiatan yang benar-benar bergelut dengan pengelolaan limbah sampah murni. Jika selama ini limbah sampah hanya dikelola oleh para pemulung karena mereka lebih terfokus pada nilai ekonomis nya saja yang terkandung dari limbah tersebut. Sementara pengelolaaan limbah sampah yang dijalankan oleh sekolah lebih difokuskan pada pendidikan karakter dimana siswa dibina untuk menjadi anak-anak yang peduli dan bertanggungjawab terhadap limbah sampah yang telah diproduksi mereka setiap hari di sekolah. Melalui pendidikan dan pembinaan tersebut akan terbentuk karakter siswa yang peduli dan bertanggungjawab. Sungguh suatu nilai mulia yang tak terhingga yang terkandung didalamnya sekalipun berangkat dari media limbah sampah yang selalu dipandang sebelah mata.
Melalui budaya peduli lingkungan diharapkan sekolah mampu menjembatani antara sikap, kebiasaan, pola pikir warga sekolah (siswa, guru dan karyawan) dan kondisi lingkungan sekolah, sehingga kedua komponen tersebut bersinergitas untuk menghasilkan satu solusi terhadap kesenjangan yang ditimbulkan atas sikap-sikap dan pemikiran yang tidak bijaksana dalam mensikapi kondisi lingkungan sekolah. Kesenjangan inilah yang harus dicari dan dianalisis oleh pihak sekolah sebelum menerapkan budaya peduli lingkungan di sekolah. Melalui kegiatan pengkajian, dilakukanlah survey dan pendataan. Hasil pengkajian ini akan melahirkan satu rekomendasi atau dasar tindakan yang solutif untuk melaksanakan langkah selanjutnya.
“Seorang ahli bahasa mengatakan Budaya bukanlah produk nyata yang jelas wujud fisiknya. Budaya merupakan hasil gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Berdasarkan definisi di atas, untuk memahami makna budaya tersebut dan mengimplementasikannya dalam suatu tindakan, maka pertama-tama kita perlu mengejawantahkan terlebih dahulu kata budaya tersebut. Jika budaya merupakan hasil gagasan, rasa dan tindakan (software), maka perlu adanya wadah yang digunakan untuk menuangkan gagasan dan rasa tersebut, untuk selanjutnya diolah hingga menghasilkan produk tindakan yang diimplementasikan pada suatu media, dimana media tersebut wujud fisik manusia (hardware), “papar Hj. Lili.
Bagaimana mengimplementasikan dan mengembang budaya? Khususnya terkait Budaya Peduli Lingkungan di sekolah? Hal itu tidak mudah, tentu memerlukan peran besar dan komprehensif dari seluruh komponen sekolah. Lalu bagaimana peran seorang kepala sekolah dalam menerapkan dan mengembangankan budaya tersebut? Apa saja tindakan yang harus dilakukan untuk keberhasilan budaya tersebut. Itu semua adalah pekerjaan besar yang memerlukan waktu, dan komitmen. Yang terpenting adalah mari kita mulai lakukan sedari dini, dari diri sendiri, dan dari yang terdekat di sekitar kita. Sehingga kita dapat melakukan sesuatu untuk menjaga keseimbangan lingkungan kita melalui sikap-sikap yang peduli terhadap lingkungan sekitar kita, pungkas Hj.Lili. (Mamay)