Wednesday, March 26, 2014

Dua Kelompok Peneliti Arkeologi Melakukan Penelitian Manusia Prasejarah di Wilayah Kabupaten Pangandaran

Pangandaran (Lawunews.Com)
Pasca penemuan dugaan kehidupan prasejarah di Selasari Kecamatan Parigi, setidaknya bakal ada dua kelompok peneliti dari Badan Arkeologi (Balar) Bandung yang akan melakukan penggalian (eskavasi) ke sejumlah gua di Dusun Selasari Kecamatan Parigi.
 
Penyuluh Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Agus Mulyana, SH ketika dikonfirmasi tim Lawunews.Com menjelaskan, penemuan jejak kehidupan manusia prasejarah di Dusun Selasari Kecamatan menarik perhatian para arkeolog untuk melakukan eskavasi. Pasalnya lokasi gua yang memberikan petunjuk akan adanya jejak manusia gua itu sangat langka.
 
“Jejak manusia gua sangat langka. Karena di Jawa Barat hanya ada di Gua Pawon Bandung Barat, sehingga temuan jejak kehidupan manusia prasejarah di Gua Sutra Reregan, Gua Panggung, Gua Peteng, dan Gua Lanang menarik perhatian para arkeolog untuk melakukan penggalian dan penelitian, “kata Agus.
 
Agus menambahkan, mencermati karakteristik lingkungan di sejumlah gua di Dusun Selasari, sangat mirip dengan karakteristik alam di Gua Pawon Bandung Barat. Di dua lokasi tersebut berada di pegunungan yang mengandung batu karst. “Hal tersebut semakin memperkuat hipotesis bahwa lingkungan yang diminati manusia prasejarah memang hidup di kawasan gua yang mengandung batu karst, karena hangat, “terang Agus.
 
Ketua Karang Taruna, Udin Tugaswara didampingi koleganya, Narli SPd menambahkan, selain ditemukan perkakas yang diduga jejak manusia prasejarah, disekitar lokasi juga ditemukan bebatuan rijang yang diyakini sebagai bahan dasar untuk membuat perkakas manusia gua. “Kami menemukan juga batuan rijang yang biasa digunakan menjadi bahan dasar membuat perkakas manusia purba. Masyarakat lokal menyebut batu tersebut sebagai batu paneker, “kata Udin.
 
Sejumlah warga menemukan yang diduga bekas-bekas kehidupan manusia prasejarah (manusia gua) dibeberapa gua alam di Dusun Selasari Kecamatan Parigi, Minggu (17/3). Gua alam yang memberi petunjuk adanya kehidupan manusia gua pada periode 9000 tahun sebelum masehi tersebut, yaitu Gua Sutra Reregan, Gua Panggung, Gua Peteng dan Gua Lanang.
 
Pasca penemuan tersebut, langsung dilakukan penelitian yang dilakukan oleh sekitar 8 orang. Anggota tim peneliti berasal dari Deputi Penyuluh Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Kemendikbud, Budpora Kabupaten Pangandaran dan anggota Karang Taruna Desa Selasari.
 
Untuk diketahui, ciri kehidupan manusia prasejarah, hidup masih berpindah-pindah (no maden).  Untuk kelangsungan hidupnya mereka mendapatkan makanan yang disediakan oleh alam (food gathering) berupa cangkang karang, siput (tenggek/keong) atau hewan yang terdapat dihutan.
 
Sementara itu, perkakas yang digunakan terbuat dari batu (batu rijang/jasper), tulang, atau tanduk. Perkakas yang biasa mereka gunakan berupa kapak genggam ujung tombak yang bergerigi, serta alat penusuk dari tanduk.
 
Adapun petunjuk kehidupan manusia prasejarah di Gua Sutra Reregan, Gua Gua Panggung, Gua Peteng dan Gua Lanang, yaitu ditemukannya fosil cangkang kerang (molusca) dan fosil tulang. Selain itu, ditemukan perkakas berupa kapak (beliung) yang terbuat dari batu rijang, dan bebatuan lain yang dinamakan perkutor.
 
Kabid Budpora Kabupaten Pangandaran, Dr. Erik Krisna Yudha melalui Kasi Seni Budaya, Aceng Hasim, MPd, menghimbau agar masyarakat turut  serta memberikan pemeliharaan pada lokasi gua. Khawatir, kata Aceng, tinggalan yang terdapat di dalam gua maupun disekitarnya menjadi rusak oleh aktivitas manusia. “Kami imbau kepada masyarakat untuk menjaga keamanan disekitar gua. Artinya tidak ada aktivitas yang menimbulkan jejak manusia gua menjadi rusak, “kata Aceng.
 
Jejak Manusia Purba Lainnya
 
Jejak manusia prasejarah di Kabupaten Pangandaran ternyata bukan hanya terdapat di Dusun Selasari Kecamatan Parigi. Setidaknya sebuah tempat di Dusun Kedungpalungpung Desa Ciganjeng Padaherang, yaitu gua Kandang Embe menunjukan jejak manusia gua.
 
Identifikasi yang dilakukan tim dari Penyuluh Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Kemendikbud, Budpora Kabupaten Pangandaran, Penilik Seni Budaya Kecamatan Padaherang guru-guru Kecamatan Padaherang menemukan fosil molusca, tulang dan perkutor (alat memukul) yang diduga tinggalan manusia purba. Bahkan, salah seorang anggota tim pada tahun 1993, mengaku pernah menemukkan tulang belulang utuh dari dalam gua tersebut.
 
Deputi penyuluh Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Kemendikbud, Agus Mulyana, SH menjelaskan, dari kedalaman 50 meter dari Gua Kandang Embe, anggota tim menemukan  tiga buah perkutor berbahan batu hitam. Perkutor, biasa digunakan manusia prasejarah untuk memukul benda lain yang lebih lunak. “Biasanya perkutor itu digunakan manusia prasejarah untuk memukul (mekprek) benda yang lebih lunak. Seperti bahan makanan mereka dari kerang-kerangan, sebelum dikonsumsi atau dipecahkan cangkangnya, “kata Agus.
 
Agus menambahkan, selain perkutor, tim juga menemukan beberapa jenis molusca dari dalam dan mulut gua. Cangkang kerang sejenis keong, tenggek atau totok banyak berserak di dasar gua maupun menempel di dinding gua. “Petunjuk dasar yang menengarai jejak manusia prasejarah ditemukan di dasar gua maupun di dinding gua. Keberadaannya ada yang sudah berbentuk fosil maupun berbentuk karbon, “terang Agus.
 
Salah seorang anggota tim yang juga guru di salah satu SD di Kecamatan Padaherang bernama Samijo (45) menjelaskan, sekitar tahun 1993, dirinya menemukan fosil tulang yang masih utuh dari dalam gua Kandang Embe. Karena saat itu tidak tahu benda tersebut berguna untuk kepentingan penelitian sejarah, maka ia bawa ke rumah. Sayangnya, saat berada di rumah dan selang beberapa tahun hilang. “Jujur saja, waktu itu saya masih menjadi kuli panggul batu phosfat, suatu hari menemukan fosil tulang yang masih utuh. Karena tidak tahu benda tersebut berguna untuk kepentingan penggalian sejarah, saya bawa ke rumah, namun kemudian entah kemana, “terang Samijo.
 
Kabid Budpora Kabupaten Pangandaran, Dr. Erik Krisna Yudha melalui Kasi Seni Budaya, Aceng Hasim, MPd mengaku kecewa dengan keberadaan sejumlah gua di Padaherang yang sekarang tidak utuh akibat penggalian batu phosfat. Padahal diyakini, selain Gua Kandang Embe di Dusun Ciganjeng, beberapa gua di Kecamatan Padaherang menunjukan jejak manusia prasejarah.
 
“Kami yakin beberapa gua Dusun Kedung Waluh (Padaherang) seperti Gua Pawon, Gua Biuk, dan Gua Goong pernah dihuni manusia prasejarah. Namun sayang, ketika kami melakukan identifikasi ke lokasi, gua-gua tersebut sudah rusak karena penggalian batu phosfat, sehingga tinggalan yang seharusnya ada di dalam gua  sudah hilang, “ucap Aceng. (tim)

No comments:

Koprasi Warga Cimahi Mandiri Menggelar RAT Tepat Waktu

Cimahi (LawuPost)  Koperasi yang sehat dan baik adalah Koperasi yang mampu melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktu, dan Rap...