Puspen TNI (Lawunews.Com)
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko mengingatkan
untuk selalu berhati-hati dalam melihat konflik-konflik yang terjadi di beberapa
negara kawasan dewasa ini. Kadang-kadang sebuah situasi sepertinya bercanda dan
saat candaan tersebut benar-benar terjadi, kita baru terkaget-kaget melihat
situasi tersebut. Hal itu disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko
saat memberikan ceramah kepada peserta
Program Pendidikan Reguler Angkatan
ke-52 Lembaga Ketahanan Nasional (PPRA LII Lemhannas) tahun 2014 di Gedung
Astra Gatra Lemhannas, Jakarta Pusat, Selasa
(12/8/2014).


Dalam ceramahnya yang berjudul “Peran
TNI dalam Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan NKRI”, Panglima TNI mengatakan
bahwa TNI sebagai komponen utama pertahanan negara berkonsentrasi dan
berinovasi dalam berbagai upaya membangun kesiapan guna menghadapi ancaman
sebagai dampak negatif dari perkembangan lingkungan strategis. Konflik-konflik
yang terjadi di dunia memberikan implikasi yang luar biasa dan telah melahirkan
distabilitas yang diikuti dengan perlombaan senjata antar negara-negara yang
bertikai yang akan berdampak pada hubungan beberapa negara di kawasan sehingga
mengganggu secara makro dan mikro perekonomian negara lainnya secara
keseluruhan.

Menyikapi konflik-konflik yang
terjadi di beberapa negara saat ini, dikaitkan dengan perkembangan geostrategis,
kita harus dapat menyikapi dengan baik dan meresponnya supaya tidak
terkaget-kaget dan ketinggalan. Respon-
respon
yang dilakukan adalah memperbaiki penyusunan Perencanaan Strategis (Renstra) ke
depan. Panglima TNI mengingatkan
kembali pernyataan Presiden SBY saat Hari Veteran Nasional tahun 2014, Senin
(11/8) di Gedung Balai Sarbini, Jakarta, bahwa ancaman itu akan datang atas
perilaku yang kita perbuat.

Saat ini ada
indikator-indikator yang lebih jelas lagi, sebuah negara akan terancam atau
akan menghadapi ancaman apabila memiliki 4 (empat) indikator, yaitu satu,
negara itu dipimpin oleh orang-orang yang fenomenal; kedua, negara itu
mengembangkan senjata nuklir; ketiga, negara itu memproduksi terorisme;
keempat, negara itu memiliki sejarah genocide
atau pelanggaran HAM, sehingga kalau kita ingin menjadi negara yang stabil,
empat faktor ini harus kita hilangkan.
Selanjutnya menyinggung peran dan
fungsi Lemhannas sebagai lembaga pendidikan, Panglima TNI menyatakan bahwa
Lemhannas harus menjadi agen perubahan, pusat pembelajaran, pemegang tata nilai
dan pusat kebudayaan.
Program Pendidikan Reguler Angkatan ke 52 Lemhannas tahun 2014 ini diikuti
89 peserta terdiri dari anggota TNI, Polri, Kementerian/Lembaga Pemerintah Non
Kementerian, Lembaga Tinggi Negara, BUMN, Pemerintahan Provinsi, Parpol,
Kopertis, anggota DPRD, Ormas dan Lembaga Penyiaran RRI, 12 orang diantaranya
adalah wanita serta 5 orang peserta dari negara tetangga.
Turut mendampingi Panglima TNI dalam acara tersebut Kapuspen TNI Mayjen TNI
M. Fuad Basya dan Pa Sahli Tk. II Kawasan Eropa dan AS Sahli Bid. Hubint
Panglima TNI Brigjen TNI Endang Sodik, M.B.A.
Authentikasi :
Kadispenum
Puspen TNI, Kolonel Inf Bernardus Robert
No comments:
Post a Comment