Wednesday, July 23, 2014

Pengusaha Ternak dan Telur Ayam Dihadang Beragam Persoalan

Ciamis (Lawunews.Com) Kenaikan harga daging ayam broiler dan telur ayam broiler dalam beberapa waktu terakhir ini selain disebaabkan tingginya harga pakan ternak, ternyata juga dikarenakan tingginya angka kematian ayam. Hal ini telah mengakibatkan jumlah bibit ayam broiler menjadi kurang yang ujung-ujungnya berdampak terhadap mahalnya harga daging. 
 Menurut salah seorang pe­ternak ayam warga Lingkungan Bangunsari Kelurahan Maleber Kecamatan/Kabupaten Ciamis, Ujang Tahyan (40) sudah sekitar dua pekan terakhir ini terjadi kelangkaan stok ayam jenis pedaging di pasaran. Hal ini menyusul kurang baiknya kondisi bibit ayam pedaging yang diterima para peternak sehingga banyak yang mati.Ujang menuturkan, dia dan para peternak ayam pedaging di wilayahnya kebanyakan mendap­at kiriman ayam dari tempat lain yaitu Tangerang dan Subang. Di Tangerang dan Subang inilah sebelumnya telur ayam ditetaskan dan ketika sudah menjadi anak ayam, baru dikirimkan ke para peternak. "Bibit yang kami terima akhir-akhir ini tidak memiliki kualitas yang baik. Akibatya banyak ayam yang mati ketika bibit sampai ke peternak," ujar Ujang.
Ujang mengaku, selama diri­nya beternak, hal ini biasanya disebabkan oleh masih terlalu mudanya indukan bibit ayam. Peremajaan indukan ayam me­mang rutin dilakukan setiap tahun karena indukan ayam yang sebelumnya telah mema­suki usia tua dan tidak produk­tif lagi. Namun menurutnya, kondisi seperti ini biasanya hanya terjadi pada tahap awal peremajaan induk saja dan pada pengiriman selanjutnya akan kembali normal. Diterangkannya, dalam satu kali pengiriman, peternakan yang ia kelola biasa mendapat kiriman hingga 17.000 ekor bibit ayam. Untuk saat ini, ting­kat kematian bibit ayam akibat kurang baiknya kondisi bibit terhitung tinggi yaitu mencapai 2.000 ekor.
Tak hanya akibat kondisi bibit yang kurang bagus, Ujang juga menyebutkan, tingginya angka kematian bibit ayam juga dipengaruhi faktor cuaca. Jika di pagi dan siang hari cuaca panas, kemudian tiba-tiba hu­jan di sore hari, pasti akan ba­nyak ayam yang mati. Namun jika kondisi bibit ayam dalam kondisi bagus, faktor cuaca seperti itu paling hanya menye­babkan kematian sekitar 200 ekor saja.
Dampak dari mahalnya har­ga pakan ternak, diakui Ujang memang juga berpengaruh ter­hadap mahalnya harga daging di pasaran. Namun hal itu paling terasa di saat bibit-bibit ayam ini berada di peternakan saat memasuki proses pengge­mukan. Karena peternakan yang dia kelola ini tidak me­lakukan penggemukan, maka mahalnya harga pakan sendiri diakuinya tidak begitu berpen­garuh.
“Di peternakan ini hanya di­lakukan pembesarkan bibit ayam selama 26 hingga 35 hari. Setelah itu, bibit ayam dikirim kembali ke peternakan lain di luar kota untuk proses pengge­mukan," katanya.
Sulit Untung
Pengusaha jenis ternak ayam petelur H. Nana Sundana warga Sadananya Kabupaten Ciamis, mengutarakan hal senada, dirinya berharap kepada pemerintah supaya mengurusi distributor pakan ternak. Menurutnya, dibalik kenaikan harga daging ayam dan telur ayam, para peternak malah dibuat kebingungan karena kenaikan harga tersebut dibarengi dengan naiknya pakan ternak. “Boro-boro dapat untung yang ada malah buntung. Bahkan ada rekan sesama pengusaha jenis ayam petelur sudah duluan jatuh bangkrut alias gulung tikar,” kata Nana.
Menurutnya, yang dia ketahui harga daging ayam dan telur dipasar melonjak drastis. Namun melambungnya harga daging dan telur ayam di pasaran tidak membuat peternaknya untung. Pasalnya harga di tingkat peternak sangat rendah dibanding dengan harga di pasar saat ini harga ayam di tingkat peternak Rp. 16.200 sedangkan di pasaran mencapai Rp. 36.000 per kilogramnya. “ Yang mengalami keuntungan sebenarnya para broker, mereka ini membeli langsung kepada para peternak dengan harga rendah lalu menjualnya kembali dengan harga yang ditentukannya,” kata Nana.

Komoditas Peternakan Aman
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, Drs. H. Wasdi, M.Si didampingi Kepala Bidang Pengelolaan Usaha Peternakan dan Perikanan, H. Otong Bustomi, S.Pt. MP mengatakan kenaikan harga ko­moditas peternakan menjelang ramadan dan Idul Fitri merupakan hal biasa dan wajar.
Menurutnya, masuknya bulan ramadan dan menjelang hari raya Idul Fitri beberapa komoditas peternakan seperti daging sapi, ayam dan telur har­ganya diprediksi bakal mengalami kenaikan di tingkat konsumen. Hal itu terjadi karena per­mintaan yang cenderung mengalami peningkatan, sementara suplai atau distribusi tetap.
Agar tidak terjadi lonjakan har­ga yang mencapai di ambang batas, pemerintah perlu menang­aninya secara serius. "Karena dari sisi ketersediaan pasokan aman, namun ini meru­pakan permainan pedagang saja yang ingin mengambil untung lebih. Yang terpenting adalah bagaimana meningkatkan daya beli masyarakat dan mempertahankan suplai agar jangan sampai kurang," ujar H. Wasdi.
H. Wasdi menyatakan berdasarkan analisis suplai demand, ketersedi­an terhadap daging sapi, daging ayam dan telur di Kabupaten Cia­mis, menjelang ramadan, Idul Fi­tri dan setelah Idul Fitri secara umum masih cukup. Kebutuhan sapi potong pra ra­madan dan pasca lebaran seba­nyak 785 ekor, sementara stok yang ada di kandang peternak se­banyak 941 ekor. "Bila stok sapi yang ada di kan­dang peternak tersebut dilepas atau dijual untuk dipotong, maka kebutuhan sapi potong di Ciamis aman," katanya.
Namun demikian kata dia se­andainya peternak tidak mau me­lepas karena ketidaksesuaian har­ga dengan pemotong, maka lang­kah yang akan ditempuh yaitu memotong sapi BX yang harganya lebih murah.
H. Wasdi menuturkan saat ini harga karkas sapi potong lokal Rp 95.000/kg, dengan harga karkas eceran di tingkat konsumen mini­mal Rp 95.000/kg. Saat ini lanjutnya, harga daging sapi lokal di tingkat eceran ber­kisar antara Rp 95.000/kg hingga Rp 100.000/kg. Pra Ramadan dan menjelang idul fitri diperkirakan harga daging sapi lokal di tingkat eceran akan mengalami kenaikan sebesar 5-10 persen. "Artinya harga daging sapi lokal akan mencapai Rp.105.000 – 110.000/kilogramnya. Ini kenaikan yang masih wajar," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Usaha Peternakan dan Perikanan H. Otong mengungkapkan untuk kebutuhan daging ayam di Kabupaten Ciamis menjelang ramadan dan Idul Fitri walaupun mengalami peningkatan sebanyak lima kali lipat. Namun demikian kata dia, ketersediaan daging ayam di Cia­mis masih cukup. Otong memprediksi jelang Idul Fitri harga daging ayam broiler di tingkat peternak sebanyak Rp 21.000/kg.
Artinya harga karkas daging ayam di tingkat eceran paling ren­dah Rp. 35.000/kg. Artinya menjelang Idul Fitri harga daging ayam broiler di tingkat eceran mencapai           Rp 38.000/kg, itu pun bila tidak ada kenaikan pakan ternak.
Otong menambahkan untuk mencapai 17,3 ton perhari. Tapi menjelang ramadan dan Idul Fitri kebutuhan naik 10 persen. Berdasarkan hasil populasi ter­nak ayam ras petelur saat ini men­capai 509.001 ekor. Dengan asumsi produksi telur minimal 70 persen dan jumlah rata-rata telur ayam ras per kilogram sebanyak 17 butir, maka produksi telur ayam di Kabupaten Ciamis setiap harinya mencapai 20,96 ton.
"Kenaikan permintaan telur ayam ras jika dilihat dari sisi pro­duksi maka ketersediaan telur di Kabupaten Ciamis cukup. Dan kami yakin kebutuhan telur akan aman," ujarnya seraya mengata­kan harga telur ayam ras di tingkat eceran saat ini berkisar antara               Rp 17.800/kg hingga Rp 18.500/kg.
Menjelang idul fitri harga telur ayam ras mengalami kenaikan sampai batas maksimal Rp 20.000/kg dan akan berangsur turun dalam waktu 7 hari pas­calebaran. Sementara itu, untuk kebutuhan kurban di Ciamis tahun 2014 ini mencapai 4.000 ekor. Sementara persediaan sapi jantan siap potong, baru mencapai 900 ekor. "Namun kita telah mempersiapkan hal tersebut dengan mendatangkan sapi dari Jawa Timur dan Jawa tengah," ujarnya.
Pihaknya juga sudah bekerjasama dengan sejumlah pihak termasuk para pengusaha sapi di daerah Jawa Timur agar dapat memasok sapi menjelang Idul Adha nanti. "Di daerah lain persediaan cukup banyak sehingga kita tidak perlu khawatir terkait stok kebutuhan sapi," ungkap H Otong.
Secara garis besar kata dia, Kabupaten Ciamis memiliki potensi alam yang kumplit mulai dari lahan pangan hingga ketersediaan rumput yang masih berlimpah. "Potensi ini harus bisa dimanfaatkan dan juga harus diin­gat teknologi juga harus dipakai agar peternak ataupun petani tidak keteteran," ungkapnya.
Menurut dia secara perhitungan kasar untuk memenuhi kebutuhan sapi di Ciamis maka pemerintah harus bisa menyediakan induk sapi sebanyak 32 ribuan pertahunnya. Sebab angka kelahiran sapi harus mencapai 22 ribu jika ingin memenuhi kebutuhan sapi sebanyak 11 ribu ekor.Perhitungannya dari 22 ribu ekor anak sapi tersebut terbagi dua kemungkinan 50 persen sapi betina dan 50 persen lagi sapi jantan. Sehingga kebutuhan sapi di Ciamis sebanyak 11 ribu ekor bisa terpenuhi,” katanya. (Mamay)

No comments:

Koprasi Warga Cimahi Mandiri Menggelar RAT Tepat Waktu

Cimahi (LawuPost)  Koperasi yang sehat dan baik adalah Koperasi yang mampu melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktu, dan Rap...